MANADO – Kerusuhan sosial yang terjadi di Provinsi Maluku dan Maluku Utara akhir tahun 1990-an lalu masih menyisakan duka mendalam bagi masyarakat seribu pulau tersebut. Dampaknya juga sampai ke Provinsi Sulawesi Utara, ratusan ribu pengungsi sempat ditampung di beberapa lokasi penampungan di daerah ini kala itu.
Memori kelam inilah yang semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua pasca kerusuhan di kota Ambon kemarin. Kematian seorang tukang ojek sempat menyulut perkelahian dua kelompok. Ketua Komisi I DPRD Sulut, Jhon Dumais, menilai kejadian ini hanyalah kasus kriminal biasa dan tidak perlu didramatisir.
“Saya kira masyarakat Sulut yang paling berdekatan dengan Pulau Maluku tidak akan terpengaruh dengan kejadian itu. Orang Sulut adalah masyarakat cerdas yang mampu menilai setiap kejadian secara rasional,” tutur Dumais kepada sejumlah wartawan, Senin (12/9) siang.
Legislator Demokrat ini berharap agar warga yang bertikai agar menyerahkan permasalahan ini kepada aparat hukum terkait dan tidak perlu dibesar-besarkan, karena menurutnya, siapa yang bersalah dan terlibat pada aksi kriminalitas penyebab tewasnya seorang warga Ambon pasti tidak akan lepas dari jeratan hukum.
“Hukum adalah pangllima, tidak usahlah kita mudah terpancing dan terprovokasi, apalagi jika dikaitkan dengan agama. Saya yakin masyarakat Maluku sangat toleran dan menilai segala sesuatu dengan rasional dan bijaksana,” pungkasnya. (jry)