Oleh: Masry Paturusi, Ketua Aliansi LSM Peduli HIV-AIDS (ALPHA) Sulut
Manado – Sungguh suatu kebanggaan bagi kita warga kota Manado, ketika Walikotanya mencanangkan “Manado Kota Model Wisata “ sebagai visinya dan “Menjadikan Manado sebagai Kota yang Menyenangkan” di tahun 2015. Pikiran kita langsung menerawang ke tahun 2015, dimana wisatawan mancanegara maupun nusantara berseliweren kesana kemari memenuhi kota, menyaksikan berbagai objek wisata yang tersebar di sembilan kecamatan.
Betapa ramainya wisatawan sepanjang hari, dengan bebas melakukan aktivitas sesuai dengan keinginan dan kepuasan mereka. Kitapun sebagai warga kota akan sangat gembira menyambutnya, akan terus meningkatkan peran serta masyarakat yang sudah “sadar wisata” menerima kunjungan tamu-tamu kota.
Itulah gambaran sekilas betapa inginnya kita sebagai warga kota tercinta akan kotanya di tahun 2015 atau kedepannya.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah Kota Manado sudah siap dan layak menerima kunjungan wisatawan yang membooming nanti? Dengan melihat kondisi existing, kondisi saat ini tentu spontan kita menjawab “belum”. Karena kita mengetahui bahwa kedatangan wisatawan bukan merupakan tujuan akhir dari perjalanannya tetapi hanya tujuan antara. Jadi yang diperlukan adalah sarana dan prasarana yang sesuai standard internasional, kehidupan warga kota yang rukun dan damai dalam pluralisme tanpa kecurigaan, pelayanan aparat pemerintah kota yang tulus dan jujur dalam suasana yang benar-benar menyenangkan dan seterusnya kita bisa buatkan list yang panjang.
Bertolak dari sini, mari kita lihat sisi lain dari kehidupan warga kota beraktivitas. Dari hasil Pemetaan Lokasi Hotspot 2010 di Kota Manado terdapat lebih 50 lokasi hiburan, café karaoke, losmen, hotel melati atau hotel berbintang yang diduga atau patut diduga menjadi tempat transaksi seksual, baik yang memperoleh izin maupun yang tidak berizin. Lokasi ini adalah tempat mangkalnya Wanita Pekerja Seks (WPS) dan Pria Risti (Risiko Tinggi Tertular) bertransaksi.
Terdapat 498 WPS, terdiri WPS Langsung dan WPS Tidak Langsung. Definisi operasional WPS langsung adalah wanita yang menjajakan seks sebagai pekerjaan atau sumber penghasilan utama mereka. Biasanya berbasis di rumah-rumah bordil, atau dijalanan dan taman-taman tertentu.
Sedangkan WPS Tidak Langsung adalah wanita yang bekerja di bisnis hiburan seperti bar, karaoke, salon atau panti pijat yang juga melayani seks untuk menambah penghasilan. Tidak semua wanita yang bekerja di tempat-tempat ini menjual seks.
Pada tahun 2011 ketika dilakukan Survey Cepat Perilaku (SCP) terhadap 498 WPS di Kota Manado ditemukan 29,2% telah menderita IMS (Infeksi Menular Seksual) atau Penyakit Kelamin. Ini pintu masuk virus HIV yang nantinya menjadi AIDS.
Kalau kita memperhatikan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, mengindikasikan terjadinya peningkatan temuan kasus HIV & AIDS di Sulawesi Utara dan kota Manado memberi kontribusi terbesar. Peningkatan kasus HIV dan AIDS secara cepat terjadi karena hubungan seks yang tidak aman pada kelompok berisiko tinggi. (jrp)