Manado – Dulu, jika hendak pergi ke daerah Totabuan Boltim, perjalanan begitu terasa berat. Jalan yang berlubang-lubang mengakibatkan orang menjadi tidak berani jalan pada malam hari.
Namun sekarang sudah berbeda, jalan sudah mulus dan terawat. Jalan-jalan desa juga umumnya sudah menggunakan paving blok, bahkan di pinggir pantai pun ada kafe dengan pilihan makanan dan minuman seperti kota besar.
Jika dulu mau beli cokelat yang rasa teh hijau, dulu harus titip teman/kerabat dari Jepang, tapi kini di sepanjang jalan ada gerai mini market, dan sudah bisa beli disitu.
Dari fakta yang ada, kita harus akui bahwa perekonomian mengalami kemajuan.
Hal tersebut disampaikan oleh ML Denny Tewu, calon DPD RI 2019-2024 dapil Sulut saat mengulang cerita pengalamannya bicara dengan salah satu simpatisan di salah satu wilayah Boltim Sulut yang bertanya tentang pendapat dia melihat perekonomian di Sulut saat ini.
“Simpatisan itu mengakui dan setuju dengan pendapat saya,” lanjut Denny Tewu yang sejak memimpin PDS dulu slogannya tidak pernah berubah, yakni ‘Damai negeriku, Sejahtera Bangsaku’.
Makna Sejahtera bagi Rakyat Indonesia, sambung dia, adalah Kesehatan terjamin, Pekerjaan terjamin, Pendidikan terjamin, Perumahan bagi yang susah tersedia, Infrastrukur jalan terjamin, infrastruktur Listrik dan Air terjamin, Infrastruktur Internet dsb tersedia. Hingga juga tersedia santunan dari Pemerintah setempat untuk keluarga yang meninggal.
“Jadi kalau negara kita sudah damai dan sejahtera, lalu masih ada yang miskin, itu berarti memang pilihannya karena malas atau gengsi untuk bekerja atau berusaha,” kata Denny Tewu, Minggu (24/2/2019).
Doktor Bisnis Manajemen Akuntansi ini meyakini, bahwa kalau sesama anak bangsa bisa menjaga kerukunan berbangsa dan bernegara maka sejahterahlah bangsa kita, damai sejahterahlah Indonesia, dan bahkan bukan angan-angan di tahun 2030 nanti Indonesia bisa menjadi 5 besar negara terkaya di dunia, dan itu sebentar lagi.
Jika saat ini masih saja terlihat sikap bermusuhan dalam melihat Indonesia, menurut Denny, seharusnya setiap orang dapat memahami bahwa perbedaan adalah anugerah Tuhan tanpa harus saling menyalahkan atau tersaingi bahkan merasa lebih dari yang lain, dan itu adalah makna kehidupan yang hakiki bagi kita yang menganut Bhineka Tunggal Ika.
“Ada pribahasa ‘Guru kencing berdiri, murid kencing berlari’, artinya sebagai tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin di bidang apapun berilah teladan dimulai dari diri sendiri. Amalkan Berdamai dengan Tuhan dan Berdamai dengan Sesama dan diri sendiri karena itulah inti dari ajaran Pancasila menuju Persatuan Indonesia hingga keadilan sosiali bagi seluruh Indonesia yang damai sejahtera dengan semangat Bhineka Tungga Ika dalam bingkai NKRI,” ajak Denny Tewu yang pernah menerima penghargaan Pemimpin Pancasila tahun 2010 ini.
(***/PaulMoningka)