Untuk mengecek kesiapsiagaan pasukan TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgaspamtas) RI – Filipina guna mengantisipasi segala perkembangan situasi yang mungkin timbul, Komandan Korem 131/Santiago Kolonel Inf A.A.B. Maliogha melaksanakan pemeriksaan Pos Komando Taktis Satgaspamtas Yonif 712/Wiratama yang berada di Pulau Tinakareng, Kabupaten Sangihe, Selasa (3/3).
Sebagai batas perlintasan yang telah disepakati bersama oleh RI dan Filipina melalui Perjanjian Lintas Batas (BCA: Border Crossing Agreement), dimana hanya sampai Pulau Tinakarenglah para nelayan pelintas batas Filipina dapat memasuki perairan/wilayah Indonesia tanpa menggunakan paspor, tetapi cukup menggunakan Kartu Lintas Batas yang dikeluarkan oleh Kantor BCA di Pulau Miangas atau di Pulau Marore, Poskotis Tinakareng mempunyai nilai yang sangat strategis.
Dari Poskotis inilah pada akhir Januari yang lalu 15 warga negara Filipina sempat ditangkap oleh Satgaspamtas Yonif 712/Wiratama pimpinan Kapten Inf Frans Dahua atas info dari masyarakat dan diekstradisi kembali ke Filipina oleh Kantor Imigrasi Tahuna karena menyalahi prosedur masuk Indonesia.
Saat bersilaturahim dengan para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat di sekitar Pos Pamtas, Kolonel Maliogha mengingatkan kepada para warga Pulau Tinakareng yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan untuk tetap waspada terhadap para pendatang tak dikenal dan agar segera lapor ke Pos Pamtas apabila melihat ada hal-hal yang janggal saat melaut.
Dalam kesempatan tersebut, Opo Laung (kepala desa) Nadedakelle, Uthan Dolongsona juga sempat mengutarakan beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian oleh pemerintah, antara lain: kesulitan pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan, distribusi BBM yang dirasa sangat kurang bagi nelayan Pulau Tinakareng, dan ketersediaan sumber listrik yang kurang memadai karena hanya menyala pada malam hari sehingga warga kesulitan mengawetkan ikan hasil tangkapan dari laut.
Kepada para prajurit Satgaspamtas, Kolonel Maliogha menekankan untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan seluruh masyarakat dan aparat pemerintahan di tempat mereka bertugas, seperti di Pulau Marampit, Miangas, Marore, Matutuang, dan Kawaluso, serta pulau-pulau kecil lainnya yang tersebar di dekat garis perbatasan imajiner RI – Filipina. Sementara Kasi Intel Letkol Inf Jimmy Marunduh yang mendampingi Danrem dalam sidak tersebut menekankan beberapa tugas tambahan bagi prajurit yang tergabung dalam Satgaspamtas, antara lain membantu aparat kewilayahan membina ketahanan wilayah dan turut serta menyebarluaskan makna bela negara demi terciptanya ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh bagi TNI untuk bermanuver dalam kerangka sistem pertahanan semesta.
Esok paginya, Kolonel Maliogha menyempatkan diri mengunjungi Pulau Bukide yang berada di seberang Pulau Tinakareng untuk melihat secara langsung kondisi perairan dan pulau-pulau di sekitar Tinakareng. Sekembalinya dari Tinakareng, Kolonel Maliogha sedianya akan membuka open tournament sepakbola memperebutkan Piala dandim 1301/Satal yang diikuti oleh 37 kesebelasan. Namun karena hujan deras dan lapangan tergenang air, pertandingan ditunda.
“Selain untuk mengobati dahaga masyarakat Sangihe akan kebutuhan hiburan terbuka berupa pertandingan sepakbola, turnamen terbuka tersebut juga dimaksudkan untuk menjaring bibit-bibit potensial warga Sangihe agar dapat diorbitkan ke level yang lebih tinggi, misalnya bermain untuk Liga Profesional yang dikelola oleh PSSI,” ujar Dandim 1301/Satal Letkol Inf Tojo Simanjuntak saat dikonfirmasi tentang tujuan penyelenggaraan iven olahraga yang sangat didambakan oleh masyarakat Nusa Utara tersebut.
Kolonel Maliogha yang dikenal hobi berat sepak bola pun menekankan kepada Dandim agar penyelenggaraan turnamen dilakukan secara profesional. Kalau perlu, ganti wasit yang curang atau mencederai rasa keadilan agar keseluruhan turnamen dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagaimana jamak diketahui, faktor wasit yang kurang adil dan tegas sering menjadi sumber keributan di lapangan sepakbola. Tidak hanya di tingkat lokal, bahkan di tingkat nasional pun faktor wasit masih menjadi salah satu ganjalan serius untuk meningkatkan mutu persepakbolaan nasional. (Penrem 131/Santiago)