Langowan – Lokasi pedesaan yang terletak agak terisolasi atau pedalaman, dinilai sangat berpotensi terjadi money politic. Namun hal itu bukan hanya datang dari sang caleg, tapi dari masyarakat sendiri. Pasalnya sebagian masyarakat desa masih menganut prisip siapa yang memberikan uang banyak maka dia yang akan dipilih.
Untuk hal yang satu ini, tokoh agama pun angkat bicara. Menurut Pastor Kanisius Rumondor MSC, mengakui bahwa potensi praktek tidak terpuji itu masih akan terjadi. Namun hal itu masih bisa diantisipasi oleh masyarakat. Sebagai pemimpin agama, wajib untuk memberikan pencerahan kepada uamtnya untuk menghindari hal itu.
“Jangan sampai umat dan masyarakat terjebang dalam praktek jual beli suara seperti itu, karena wakil rakyat yang akan duduk sebagai anggota DPRD belum tentu akan memberikan jaminan kinerja yang baik. Caleg yang suka membayar suara hendaknya jangan dipilih. Sebaliknya, umat dan masyarakat yang senantiasa punya keinginan menerima bayaran perlu bertobat,” katanya Jumat (7/3/2014).
Oleh karena momen pelaksanaan Pemilu Legislatif ada dalam rangkaian Masa Pra Paskah, maka gereja dalam tradisi turun temurunnya selalu mengajarkan umatnya untuk mengedepankan sikap tobat untuk semua aspek kehidupan termasuk dalam berpolitik dan berdemokrasi. Caleg dan masyarakat sama-sama perlu bertobat dari sikap-sikap melanggar konstitusi. (Frangki Wullur)