
Manado, BeritaManado.com — Kasus Positif Covid-19 di Sulut menjadi 44 kasus pada Rabu (29/4/2020) hari ini, setelah ketambahan satu kasus berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berita baiknya, total 14 pasien secara akumulatif sudah dinyatakan sembuh.
Tiga meninggal dunia secara akumulatif.
Wacana PSBB di Sulut
Meskipun angka positif terus bertambah, untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) belum diwacanakan Pemprov Sulut.
Berbanding terbalik dengan provinsi tetangga Gorontalo yang langsung action untuk kedua kalinya mengusulkan PSBB ke Menteri Kesehatan dan disetujui setelah permohonan pertama ditolak.
PSBB Gorontalo tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/279/2020 setelah dilakukan proses kajian epidemiologi dan pertimbangan kesiapan daerah dalam aspek sosial, ekonomi, serta aspek lainnya oleh tim teknis.
“PSBB Gorontalo disetujui, pemerintah Gorontalo sudah bisa menerapkan di wilayahnya,” kata dr. Terawan di Gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (28/4/2020).
PSBB dilaksanakan selama masa inkubasi terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran.
Jauh dari Sulut, per 28 April 2020 jumlah pasien positif kumulatif Provinsi Gorontalo adalah 15 kasus dan 1 kasus meninggal.
Namun, PSBB tidaklah segampang dibayangkan.
Memang tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran virus, tetapi kesulitan justru makin dirasakan andai itu diterapkan.
Pengamat Ekonomi Sulut, Dr Frederik Gerard Worang mengatakan masyarakat seharusnya lega karena PSBB belum diberlakukan di Sulut.
Sebab, andaikan PSBB dilakukan maka ruang gerak publik otomatis dipersempit.
Faktor lainnya adalah menurunnya aktifitas ekonomi.
“Pokoknya yang jadi susah yah kita semua,” tegas Gerdi Worang.
Untuk menghindari itu, ia mengajak warga tetap taat dengan semua anjuran pemerintah.
Ia pun mengapreasi respon positif warga Manado yang memilih tidak mudik pada Ramadhan tahun ini.
“Sayangnya itu belum cukup. Kita dituntut disiplin seperti menghindari pertemuan apapun bentuknya, sekalipun dalam konsep religi,” imbaunya.
Selain itu, penggunaan masker dan mencuci tangan sebelum memegang wajah harus dilakukan terus-menerus.
“Intinya kita sama-sama melawan pandemi ini agar pasien positif tidak bertambah,” beber Gerdi.
Lakukan rapid dan swab tes massal
Sementara Koordinator Pusat Studi Otak dan Perilaku Sosial LPPM Unsrat Manado, Dr dr Taufik Pasiaq menilai secara umum kasus positif di Sulut melambat secara statistik.
Tapi berbeda secara faktual yang menurutnya bertambah.
Kondisi ini kata Taufik Pasiaq, mengharuskan pemerintah mengambil tindakan di lapangan.
Ia menyarankan dilakukannya rapid dan swab tes massal.
“Dan sebaiknya tes ini dilakukan pada area yang jumlah PDP dan ODP cenderung naik,” sarannya.
Menurutnya, pemerintah juga perlu memikirkan efek psikologi yang bisa timbul dari wabah ini.
“Sebab pengaruhnya bisa lebih besar dari efek fisik,” beber Taufik.
Taufik menjelaskan, hal penting yang perlu dilakukan dalam masa pandemi ini adalah ketahanan pangan suatu daerah.
Tentunya hal itu harus didukung dengan ketahanan sosial dan iman.
“Lagi-lagi, semuanya tergantung lewat kebijakan yang dikeluarkan pemerintah,” katanya.
Dia mengakui bahwa di tengah wabah ini masyarakat lebih sensitif, apalagi tidak sedikit warga yang dirumahkan hingga mengalami penurunan pendapatan.
“Dan kondisi ini mengharuskan pihak keamanan mengedepankan persuasi dan edukasi dalam segala tindakan,” tandasnya.
Pasien meninggal terbanyak ada di rentang usia 30-59
Jubir Pemerintah untuk Covid-19 dr Achmad Yurianto mengatakan hingga hari ini, Rabu (29/4/2020) pasien meninggal terbanyak ada di rentang usia 30-59 tahun 364 orang, diikuti oleh rentang usia 60-79 tahun 311 orang, dan di atas 80 tahun 28 orang.
“Inilah gambaran kita dapatkan pada hari ini. Kita masih harus berpartisipasi secara aktif dengan memutus rantai penularan Covid-19. Kita harus melawan dengan meningkatkan imunitas diri, jaga jarak, pakai masker,” ucap dr. Achmad.
Di samping itu, pemerintah telah mengaktifkan 89 laboratorium yang terdiri dari 48 laboratorium di berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia, 15 laboratorium di berbagai perguruan tinggi, 18 laboratorium jejaring Kementerian Kesehatan, 5 laboratorium jejaring laboratorium kesehatan daerah, dan 3 laboratorium jajaran Balai Veteriner Direktorat Peternakan.
Untuk mengakhiri masalah Covid-19 pemerintah tak hentinya mengimbau masyarakat untuk tetap tinggal di rumah.
“Kita tidak pernah tahu siapa yang tertular corona di luar, kita tidak pernah bisa melihat keluhan orang yang membawa virus ini, bisa saja kelihatannya mereka sehat padahal sebenarnya tidak. Oleh karena itu masyarakat diminta tidak keluar rumah, tidak bepergian dan tidak mudik,” ujarnya.
(***/Alfrits Semen/rds)