Manado – Persaingan dunia usaha yang semakin maju, menuntut kreatifitas pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya, apalagi bagi mereka pedagang kecil yang mengandalkan tepi jalan sebagai sarana jualan.
Demikian dijumpai BeritaManado.com di jalan Unsrat Barat, tepat depan Fakultas Hukum.
Ayundha Harmani (28), penjual ‘cilok’ asal Gorontalo memodifikasi motornya sebagai sarana penunjang bisnis.
“Saya mengeluarkan lima juta rupiah untuk memodifikasi motor ini, mirip seperti bentor,” kata Ayu sambil menggoreng ‘cilok’ (bakso tusuk) kepada BeritaManado.com, Kamis (27/6/2019).
Ayu menjelaskan, sepeda motor milik dia buatan tahun 2000, namun sangat ‘berjasa’ bagi kehidupan keluarganya.
“Walaupun motor tua tapi sudah menghasilkan banyak,” tutur Ayu bersemangat.
Ditanya soal omset dagangannya, dengan agak malu-malu Ayu mengatakan lumayan.
“Lumanyalah, kalau lagi ramai bisa 1,8 juta per hari, kalau sepi sekitar 1,4 juta,” jawab Ayu.
Tapi dalam usaha pasti ada tantangannya, seperti hujan atau pas mahasiswanya lagi libur.
“Kalau hujan saya menahan dingin, berteduh di bawah payung. Jika pas lagi libur, pendapatan turun drastis, tapi cukuplah untuk makan,” jelas Ayu tentang suka duka usahanya.
Percakapan agak terganggu karena Ayu harus melayani pembeli, sambil menggoreng dagangannya.
“Cilok yang pakai telur itu, yang paling laris dibeli,” promosi Ayu.
Hari itu langit agak mendung, sambil sesekali melihat HP, Ayu mengatakan tiap ada kesempatan, selalu mengontrol kedua anaknya yang dijaga nenek di rumah.
“Kalau lagi tidak ada pembeli saya telpon ke rumah untuk mengecek kedua anakku yang dijaga nenek mereka,” ucap Ayu dengan senyum.
Ayu yang ulet merasa bersyukur karena bisa berusaha, membantu suaminya yang berprofesi sebagai ojek online.
“Suaraku agak serak, karena baru empat bulan yang lalu dioperasi. Tapi alhamdulilah sekarang sudah bisa berjualan. Karena hidup di perantauan waktu adalah uang,” tandas Ayu dalam kepolosannya.
(NovaManoppo)