Manado, BeritaManado.com – Perayaan puncak 100 Tahun Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) yang digelar di Kawasan Mega Mas Manado, Sabtu (29/6/2024) lalu menjadi momentum istimewa bagi seluruh kaum wanita Katolik yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Dalam kebersamaan pada perayaan 1 Abad WKRI, Anggota DPRD Kabupaten Minahasa Lucia Taroreh dari Paroki St. Fransiskus Xaverius Mokupa kepada BeritaManado.com, mengatakan bahwa dirinya merasa bangga akan kehadiran WKRI yang telah turut berjuang bagi bangsa dan negara.
“Dari usianya saja kita sudah dapat mengetahui bahwa WKRI lahir jauh sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Artinya ada sekitar 21 tahun sebelum Indonesia merdeka WKRI sudah ada. Maka dengan demikian, meski tidak sepopuler apa yang sudah dilakukan kaum pria, namun dapat dikatakan bahwa wanita Katolik zaman itu secara tidak langsung telah turut mempersiapkan momentum kemerdekaan,” ungkap Lucia Taroreh.
Ditambahkannya, bahwa eksistensi WKRI selama 1 abad ini sudah banyak memberikan sumbangsih untuk mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Kami ada untuk Indonesia. Maksudnya adalah bahwa keberadaan WKRI akan selalu siap untuk memberi dampak positif bagi kehidupan bangsa Indonesia melalui program kerja dan karya-karya organisasi. Semoga momentum bersejarah yang telah dirayakan ini memberi inspirasi bagi seluruh WKRI yang ada hingga ke paroki-paroki,” kata Lucia Taroreh, Senin (1/7/2024).
Perayaan tersebut ditandai dengan Misa Syukur dan defile yang diikuti ribuan anggota WKRI sebagai bentuk persatuan dan kesatuan.
“Jayalah selalu WKRI, sehingga dapat memberikan warna tersendiri bagi kehidupan keluarga, gereja dan bangsa,” harapnya.
Hal senada diungkapkan Pricilia Sandy Runtu, dimana ada harapan yang besar bagi WKRI setelah perayaan 100 tahun ini, dimana sendi-sendi kehidupan keluaga, gereja dan bangsa juga membutuhkan kontribusi kaum perempuan khususnya yang tergabung dalam organisasi WKRI.
“Secara fisik pada umumnya perempuan itu tidak lebih kuat dari laki-laki. Namun untuk urusan memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara, WKRI sederajat dengan yang lainnya. Mari kita terus jaga spirit WKRI dalam kehidupan seharai-hari. Semoga Tuhan akan senantiasa menyertai kita semua,” harap Sandy Runtu.
Dalam WKRI menurut Pricillia Sandy Runtu tidak ada istilah senior dan junior, namun yang ada yaitu kader perempuan yang siap memberi diri bersama seluruh elemen bagi perkembangan dan kemajuan gereja dan bangsa.
“Ada banyak yang hal yang telah dilakukan WKRI tanpa harus mengabaikan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak di rumah. Oleh karena itu, selalu membuka ruang komunikasi dalam keluarga itu juga sangat penting, sebagai bagian dari implementasi tanggung jawab sebagai kader WKRI sejati. Di satu sisi aktif dalam kegiatan organisasi, namun tidak mengabaikan tanggugn jawab di dalam keluarga,” ujarnya.
(Frangki Wullur)