![](https://beritamanado.com/wp-content/uploads/2024/07/1000183294.webp)
Jakarta, BeritaManado.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga kini belum mengembalikan buku catatan milik Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto yang disita beberapa waktu lalu.
Kekinian, KPK mengungkapkan alasan kenapa masih menyita buku catatan milik Hasto Kristiyanto.
Buku catatan tersebut disita saat Hasto dipanggil KPK sebagai saksi dalam kasus dugaan suap Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR RI dengan tersangka Harun Masiku.
Melansir Suara.com jaringan BeritaManado.com, Juru Bicara KPK, Tessa Mahardhika menjelaskan, setiap barang yang disita oleh penyidik diyakini berkaitan dengan dugaan kasus korupsi.
Namun, kata dia, semua itu harus tetap melalui proses analisa.
“Bahwa semua alat bukti yang disita oleh teman-teman penyidik, penyidik memiliki keyakinan dan petunjuk bahwa ada petunjuk, baik keterangan melalui dokumen yang disita maupun barang bukti elektronik, itu nanti akan dilakukan analisa,” kata Tessa Mahardhika di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2024).
“Apabila didapatkan petunjuk yang kuat maka akan digunakan di perkara tersebut,” jelas dia.
Adapun selama buku catatan Hasto belum dikembalikan, kata Tessa, artinya itu masih dibutuhkan oleh penyidik KPK dalam mengusut kasus Harun Masiku.
“Jadi kalau memang tidak atau belum dikembalikan saat ini berarti masih digunakan oleh penyidik dalam rangka pembuktian perkara atau seputar perkara tersebut untuk mencari tersangka HM (Harun Masiku),” ujar Tessa.
Walau demikian, kata dia, jika nanti tidak ditemukan keterkaitan antara buku tersebut dengan kasus korupsi Harun Masiku maka catatan Hasto akan dikembalikan.
“Seandainya sama sekali tidak ada kaitan dengan perkara yang sedang ditangani tentunya akan dapat dikembalikan lagi,” ungkap Tessa.
Sebelumnya, lembaga antirasuah telah memeriksa lima orang saksi, di antaranya Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dan staf pribadinya, Kusnadi.
Kala itu, KPK menyita dua ponsel dan sebuah buku catatan milik Hasto serta sebuah ponsel dan kartu ATM milik Kusnadi.
(jenlywenur)