Manado – Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Sulut menggelar Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif Masyarakat Pada Pilkada 2018 dan Pemilu Anggota DPRD serta Presiden maupun wakil Presiden tahun 2019.
Sosialisasi tersebut dihadiri dari setiap pimpinan Parpol, Ormas/OKP, Mahasiswa serta Pemantau Pemilu, di Hotel Grand Puri Manado, selama selama dua hari Jumat-Sabtu (6-8/10/2017).
Ketua BPC GMKI Manado drg. Hizkia R. Sembel yang juga salah satu peserta Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif mengatakan, Sulut sebagai salah satu daerah darurat pelanggaran pemilu di Indonesia .
“dikarenakan berdasarkan riset beberapa lembaga mengemukakan Sulut merupakan salah satu daerah yang memiliki “money politic” paling tinggi diantara provinsi lain di Indonesia,” kata Hizkia Sembel kepada BeritaManado.com, Minggu (8/10/2017).
Menurut Hizkia Sembel, tidak lepas dari tanggung jawab serta tantangan bagi pimpinan Bawaslu Sulut yang baru maupun seluruh masyarakatnya.
“Peran serta partisipatif masyarakat dalam pengawasan pada Pilkada 2018 maupun Pemilu 2019 sangat dibutuhkan. Karena merupakan tanggung jawab kita bersama menjaga hak konstitusi kita, agar tidak disalahgunakan. Apalagi belum adanya Undang-undang yang mengatur adanya pengawas yang ditugaskan sampai ke TPS sehingga pengawasan Bawaslu maupun Panwaslu masih terbatas,” terang Hizkia Sembel.
Lanjut Hizkia Sembel, Peran partisipatif masyarakat inilah yang sangat dibutuhkan untuk menjadi relawan dalam menjaga dan mengawal setiap proses sebelum hingga sesuatu pelaksanaan pilkada dan pemilu.
“Dengan dikembalikannya wewenang pemantau pemilu kepada Bawaslu diharapkan bahwa Bawaslu dapat memberdayakan semua lapisan masyarakat yang bersedia menjadi pemantau pemilu,” ujar Hizkia Sembel.
Hizkia berharap, Sulut dapat menjadi daerah percontohan dengan tingkat partisipatif masyarakat dalam pengawasan pilkada dan pemilu yang tinggi.
“Mengingat ada puluhan ribu mahasiswa yang siap untuk bersama-sama menjadi relawan dalam bentuk aktualisasi diri dari setiap mahasiswa,” pungkasnya. (Anes Tumengkol)