Seenaknya menetapkan harga, warga berharap pemerintah mengawasi ‘pertamini’
Ratahan – Harga jual BBM botolan disejumlah ‘pertamini’ di wilayah Minahasa Tenggara (Mitra), menuai sorotan dan keluhan dari warga masyarakat.
Warga menuding, pemilik usaha ‘pertamini’ sudah sangat keterlaluan bahkan seenaknya memberlakukan harga BBM botolan per liternya.
Menurut penuturan sejumlah warga yang keseharian menjadi konsumen ‘pertamini’, sudah dua kali harga BBM turun, tapi harga botolan masih dijual Rp 10.000 per liternya.
“Ini sungguh keterlaluan. Pemerintah melalui dinas terkait harus melakukan operasi. Kalo perlu tutup usaha pertamini yang dengan sengaja memainkan harga,” tegas Kiki, tungkang ojek asal Tombatu.
Menariknya, dua SKPD dan satu bagian dilingkungan Pemkab Mitra ketika dimintakan konfirmasi terkait hal ini justru saling lempar tanggungjawab.
Kepala Bagian Ekonpmi Setdakab Mitra Budi Raranta saat dikonfirmasi BeritaManado.com mengatakan, pengawasan BBM botolan bukan menjadi tanggungjawab pihaknya akan tetapi Badan Penanaman Modal Pelayanan Perijinan Satu Pintu (BPMP2SP).
“Bukan kami (Bagian Perekonomian, red), itu tugas BPMP2SP. Kami hanya mengurus masalah Elpiji dan Raskin atau beras miskin,” kata Raranta.
Sementara itu, kepala BPMP2SP Mitra Rolly Mamahit sendiri mengatakan, pengawasan ‘pertamini’ menjadi tugas dari Dinas Perindustrian Koperasi (Disperindakop). “Itu urusan Disperindakop,” singkat Mamahit.
Pihak Disperindakop sendiri membantah itu tanggung jawab mereka. “Bukan kami, itu tanggungjawab BPMP2SP. Karena mereka yang mengeluarkan ijin. Kalo kami hanya melakukan pengawasan ketersedian dan harga sembako,” jelas Kadisperindakop Dra Marie Makalow.
Pemerhati masayarakat Mitra Vidy Ngantung menyesalkan tindakan dari tiga SKPD Pemkab yang saling lempar pekerjaan.
“Yang namanya instansi pemerintah, seharusnya ditindaklanjuti dengan melakukan kordinasi bersama instansi teknis lainnya. Bukannya saling lempar,” sesal Ngantung. (rulandsandag)