Manado, BeritaManado.com — Jelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2024, seluruh partai politik tengah melancarkan berbagai strategi pemenangan.
Tak jarang dalam strategi itu, rayuan mematikan dalam konteks politik, khususnya pada pilkada 2024, merupakan strategi yang digunakan oleh para kandidat untuk menarik dukungan dari berbagai kelompok pemilih dengan cara yang sangat persuasif dan sering kali manipulatif.
Tak hanya kepada masyarakat, bahkan strategi tersebut juga diarahkan kepada sesama kandidat calon yang akan bertarung pada Pilkada 2024.
Taktik dimaksud bisa melibatkan janji-janji besar, retorika emosional, hingga penggunaan informasi yang menyesatkan.
Lantas, apa saja bentuk rayuan mematikan itu yang perlu diwaspadai?
Dirangkum dari berbagai sumber terpercaya, dalam pilkada 2024, rayuan mematikan mungkin muncul dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
- Janji Manis
Kandidat sering kali membuat janji yang terdengar sangat menguntungkan bagi masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur besar-besaran, peningkatan lapangan kerja, atau program bantuan sosial yang luas.
Namun, tanpa rencana yang jelas dan realistis, janji ini bisa jadi tidak lebih dari sekadar umpan untuk menarik suara.
- Manipulasi Emosional
Menggunakan isu-isu sensitif yang dapat membangkitkan emosi pemilih, seperti agama, suku, atau identitas budaya.
Kandidat mungkin berusaha membangun citra diri sebagai pembela kelompok tertentu atau sebagai pihak yang akan melawan ancaman-ancaman tertentu yang dirasa oleh masyarakat.
- Informasi Menyesatkan
Penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks untuk mendiskreditkan lawan politik.
Ini bisa berupa penyebaran berita palsu melalui media sosial atau penyebaran fitnah dalam kampanye.
- Pendekatan Pribadi
Membangun hubungan personal dengan pemilih melalui kegiatan tatap muka, pertemuan komunitas, atau kunjungan rumah ke rumah.
Rayuan ini bertujuan untuk menciptakan kesan bahwa kandidat benar-benar peduli dan memahami kebutuhan masyarakat.
- Penggunaan Media dan Teknologi Kampanye melalui media massa dan media sosial yang didesain untuk mempengaruhi persepsi publik secara luas.
Penggunaan influencer, iklan berbayar, dan konten viral menjadi bagian dari strategi ini.
Pelak saja rayuan mematikan itu, jika tidak diimbangi dengan literasi politik yang baik dan mekanisme pengawasan yang kuat, dapat berdampak negatif pada kualitas demokrasi.
Pemilih yang terbuai oleh janji-janji tanpa dasar, mungkin membuat pilihan yang kurang bijak, yang pada akhirnya bisa menghambat pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam menghadapi pilkada 2024, sangat penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dan cerdas dalam menilai setiap janji dan tindakan para kandidat.
Penguatan literasi politik dan akses informasi yang transparan menjadi kunci untuk menghadapi rayuan-rayuan mematikan yang akan muncul dalam kontestasi politik masa kini.
(Erdysep Dirangga)