Manado – Topik pembicaraan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini tak lepas dari tiga berita besar yaitu dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, pembubaran ibadah natal oleh Ormas Islam di Bandung serta bencana gempa bumi di Aceh.
Meskipun sejauh ini masyarakat sering menghubung-hubungkan tentang tiga berita tadi, namun Tokoh Muda Sulut Melky Pangemanan berpendapat bahwa ketiga peristiwa tersebut berbeda dan tidak ada hubungannya.
Hal itu ditulis Pangemanan pada laman pribadi akun media sosial Facebook miliknya, Rabu (7/12/2016).
“Saya melihat saat ini kasus Ahok, pembubaran ibadah di Bandung dan bencana Aceh sering dihubung-hubungkan. Ini menurut pandangan saya pribadi. Pertama, kasus Ahok sangat erat kaitannya dengan Pilkada DKI Jakarta 2017. Ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan Ahok dengan cara memainkan isu agama. Ini jelas merusak tatanan demokrasi di Indonesia dan Polri dalam menetapkan Ahok sebagai tersangka kasus penodaan agama sangat dipengaruhi oleh desakan publik dan terkesan kurang objektif,” tulis Pangemanan.
Poin kedua, Pangemanan menulis bahwa aksi pembubaran Ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Natal di Gedung Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung jelas perbuatan melanggar hukum dan melukai nilai-nilai kebhinekaan bangsa Indonesia.
“Siapapun dia, organisasi apapun tetap harus patuh pada konstitusi kita. Disini jelas bentuk ketidakhadiran negara dalam upaya pencegahan dan penegakan hukum serta keadilan di Indonesia,” katanya.
Dan poin ketiga tentang bencana Aceh yang menewaskan banyak orang dan menghancurkan infrastruktur berupa bangunan rumah warga, kantor dan beberapa rumah ibadah merupakan fenomena alam yang tentunya seizin Tuhan.
“Saat ini ramai di media sosial bahwa bencana di Aceh ada hubungannya dengan dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok dan aksi pembubaran ibadah oleh kelompok intoleran di Bandung. Saya meyakini kejadian di Aceh tidak ada satu orang pun atau kelompok manapun yang menginkan kejadian itu terjadi dan menimpa saudara-saudara kita di Aceh dan juga bukan karena doa dan tangisan orang Kristen yang merasa disakiti karena aksi pembubaran ibadah di Bandung. Agama Kristen tidak mengajarkan untuk menghakimi dan berdoa untuk hal yang tidak baik. Kejadian di Aceh adalah murni kemahakuasaan Tuhan dan otoritas-Nya yang tidak dapat diselami oleh pikiran manusia. Sebagai orang Kristen kita diajak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita di Aceh yang dilanda bencana dan diharapkan kita dapat mengambil bagian untuk membagi kasih serta memanifestasikan solidaritas kita sebagai sesama anak bangsa dengan aksi yang konkret. Tuhan memberkati Indonesia…!!!” tutup Melky Pangemanan.(rds)