Manado – Dunia pendidikan Kota Manado tercoreng. Kepala SMK Keperawatan Parna Raya, Rusdiana Simbolon, tiba-tiba dilapor oleh siswanya ke polisi, karena diduga menganiaya 10 siswanya. Ironisnya, Rusdiana menghindar ketika dikonfirmasi wartawan.
“Saya ditendang di bagian kaki. Ini luka hingga stocking saya robek,” ujar Anastasya Longdong, siswi kelas 1 yang menjadi salah satu korban dugaan tindak kekerasan Rusdiana, Selasa (3/12/2013) siang di Mapolresta Manado.
Paman Anastasya, Maxi, yang ikut mendampingi korban menyatakan, tidak terima dengan perlakuan kepala sekolah itu. “Anak saya dipaksa untuk menyerahkan ijazah SMP yang asli. Untuk apa ijazah asli itu diminta? Kan yang fotokopi saja sudah cukup,” kata Maxi.
Kronologisnya, kata dia, Ibu Rusdiana Simbolon awalnya memanggil sejumlah siswa ke ruangan. Dirinya meminta mereka segera menyerahkan ijazah asli. Namun, belum sempat mereka memberikan jawaban, tiba-tiba Rusdiana langsung memukuli mereka.
“Ada teman saya yang dijambak di rambutnya. Kami tidak tahu, apa salah kami sebenarnya. Makanya, kami tidak terima ini dan memilih lapor ke polisi,” beber Anastasya.
Keterangan Anastasya dibenarkan juga oleh Verren Marthinus yang juga datang melapor ke mapolresta. Ibunda Verren yang ikut mendampingi anaknya mempertanyakan tindakan kepala sekolah tersebut. Menurut keterangan murid lainnya, selain sering bertindak kasar, Rusdiana juga suka membuat kebijakan yang aneh.
“Kami kalau terlambat bayar SPP, didenda setiap hari harus bayar Rp 1.000. Ini bukan kali ini saja dia berbuat begitu, sudah sering,” terang Anastasya.
Pihak hak SMK Parna Raya terkesan tertutup. Salah satu staf SMK Parna Raya, Meidy, mengatakan, Rusdiana Simbolon tidak berada di tempat, dan tidak ingin memberikan informasi lainnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado, Dante Tombeg terkejut dengan informasi itu. “Saya akan mengecek ke sekolah soal kebenaran masalah itu,” katanya. (Agust Hari)