
Bitung, Beritamanado.com – Festival Walima yang digelar Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) Kota Bitung diapresiasi generasi muda Kota Bitung.
Menurut Andra Lihawa dan Juhardi Ontet Sanusi, upacara perayaan Walima yang dikemas dalam festival oleh KKIG Kota Bitung adalah langkah tepat untuk melestarikan budaya Gorontalo dari generasi ke generasi.
“Apalagi banyak generasi muda berdarah Gorontalo yang lahir serta besar di Kota Bitung yang perlu tahu akan budaya Walima,” kata Andra dan Ontet, Minggu (17/11/2019).
Andra dan Ontet yang merupakan pekerja seni Kota Bitung berdarah Gorontalo ini mengaku pada mulanya mereka hanya mengetahui upacara budaya Walima dari mulut ke mulut tanpa tahu persis seperti apa budaya itu.
“Namun dengan hadirnya Festival Walima di Kota Bitung, kami menjadi tahu dan bisa mewariskan budaya ini ke generasi berikutnya kendati lahir dan besar di Kota Bitung,” katanya.
Adapun Festival Walima yang digelar KKIG Kota Bitung akan digelar tanggal 18-19 November 2019 dengan menghadirkan berbagai pentas budaya Gorontalo.
Mengacu ke https://id.m.wikipedia.org/, Walima adalah upacara perayaan yang dilakukan oleh masyarakat di Gorontalo, Indonesia yang dilakukan pada hari Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu tanggal 12 Rabiul Awal.
Perayaan ini dilakukan dengan membuat kue walima yaitu kolombengi dan kue tradisional khas Gorontalo lainnya dalam jumlah banyak yang kemudian disusun membentuk bangunan seperti rumah atau masjid, untuk kemudian diarak keliling kota.
Setelah diarak, kue walima tadi dibagikan kepada warga. Perayaan ini adalah sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad sebagai Penutup Para Nabi.
Walima sendiri merupakan salah satu tradisi tua pada masa kerajaan-kerajaan Islam ada di Indonesia, yang telah dilaksanakan turun-temurun antar generasi.
Tradisi walima ini diperkirakan mulai ada sejak Gorontalo mengenal Islam, yaitu pada abad ke-17.
Biasanya dua atau satu hari bahkan di hari-H acara yaitu tepat tanggal 12 Rabiul Awal, masjid-masjid yang ada di Gorontalo tanpa adanya perintah segera melaksanakan tradisi ini.
Masyarakat tiap wilayah di Gorontalo menyiapkan kue-kue tradisional seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi.
Jadi diperkirakan sejak tahun 1673, saat kerajaan Gorontalo menetapkan semboyan “adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah”, sejak itu tradisi walima mulai ramai dilaksanakan oleh masyarakat.
Hingga saat ini, tradisi yang sudah lama ini masih terpelihara dengan baik termasuk di Kota Bitung lewat KKIG.
(abinenobm)