Oleh: Teddy Tandaju, SE., MBA (Adv.)
Certified Business Coach & Dosen
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Unika De La Salle Manado
PASTI ketiga kata di atas sudah pernah bahkan sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Terlebih kata ‘aktif’ sudah pasti sangat dimengerti arti dan penggunaannya dalam kalimat karena arti kata ini memiliki konotasi positif dalam banyak hal.
Misalnya, ‘Dia sangat aktif dalam berdiskusi, Dia terlibat aktif dalam memberikan ide bagi perkembangan perusahan’.
Pastilah kita akan sangat senang jika anggota kelompok atau tim kerja memiliki sifat yang sangat aktif dalam bekerja atau dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Lawan dari kata aktif adalah pasif.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan kata pasif sebagai suatu keadaan yang tidak giat, hanya menerima saja, lawan kata aktif.
Sehingga jelaslah seorang business owner tidak pernah mau mempekerjakan seorang karyawan yang memiliki sifat pasif.
Aktif vs. Pasif, dua kata ini menjadi awal diskusi kelas kuliah saya ‘Manajemen Kewirausahaan dan Inovasi’ beberapa waktu lalu disaat kami membahas ‘terminologi, kata atau kalimat yang memiliki hubungannya dengan kata ‘Inovasi’.
Untuk memiliki sifat inovatif, sudah pasti harus didukung oleh karakter yang aktif dalam menciptakan ide.
Namun, demikian menjadi seorang yang inovatif, bukan hanya sekedar memiliki sifat aktif, lebih dari itu, seorang inovatif adalah mereka yang memiliki karakter diri ‘proaktif’ daripada sekedar ‘aktif’ apalagi ‘reaktif’.
Bagaimana arti dan perbedaan dari kedua kata Reaktif dan Proaktif? Keduanya nampak mirip namun demikian memiliki perbedaan yang signifikan.
Dalam satu sesi training kewirausahaan yang saya ikuti beberapa waktu lalu di Humber Business School, Toronto, kami juga mendiskusikan rangkaian kata-kata di atas.
Topik ini menarik perhatian saya karena selama ini saya memandang kedua terminologi; reaktif dan proaktif, hampir sama saja artinya.
Namun, setelah saya telaah lebih jauh, ternyata terdapat perbedaan mencolok.
Melihat definisi keduanya, menurut Consice Dictionary, reaktif berarti siap untuk beraksi atau berespon kepada sesuatu hal.
Sebaliknya, proaktif berarti terlebih dulu aktif dan giat dalam melakukan sesuatu. Awalan ‘pro’ mengartikan ‘sebelum’. Sehingga arti proaktif sendiri adalah ‘aktif sebelum melakukan sesuatu’.
Jika saya dapat ilustrasikan, seorang yang proaktif menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi vitamin agar tetap fit dan tidak mudah terserang penyakit, sedangkan seorang yang reaktif hanya akan mengkonsumsi obat saat tubuh dalam keadaan sakit.
Sungguh menarik perbedaan kedua terminologi ini. Pertanyaannya, apakah saya seorang yang proaktif atau reaktif? Ketika team kami diberikan quiz untuk menentukan tipe apakah diri kita?
Ternyata kebanyakan peserta training jatuh pada kategori ‘reaktif’.
Kenapa demikian? Ternyata kebiasaan diri kita yang sering menunda-nunda pekerjaan serta tidak terbiasa dengan sikap diri antisipatif yang menjadikan diri kita seorang tipe reaktif.
Untuk lebih teratur dalam setiap segi kehidupan, seharusnya kita jatuh pada kategori proaktif.
Dengan memiliki sifat proaktif seseorang akan mampu memikirkan alternatif-alternatif sebagai solusi lain bagi setiap rencana yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan kata lain, kemampuan memiliki ‘Plan B’ akan lebih banyak dimiliki orang bertipe proaktif.
Bukan berarti orang bertipe ‘reaktif’ tidaklah baik, namun dibandingkan dengan tipe ‘proaktif, karakter ini jauh lebih baik. Ingat pepatah lama ‘sediakan payung sebelum hujan’?.
Itulah karakter orang proaktif. Orang proaktif akan penuh dengan sikap antisipatif dan memiliki banyak inisiatif.
Mengingat cuaca yang tidak menentu pada saat ini, sudah selayaknya kita terapkan sikap diri Proaktif dalam kehidupan sehari-hari.(*)