
Manado – Unjuk rasa ribuan mahasiswa yang berlangsung sejak 23 September lalu meluas sampai ke daerah-daerah.
Sayangnya, demo yang dimulai di gedung wakil rakyat, yaitu DPR RI berujung pada sikap anarkis hingga berakhir ricuh.
Hal ini pun menuai banyak perhatian dari berbagai kalangan, salah satunya Forum Kerjasama Ormas Kristen (FK-OK).
Bahkan, kondisi tersebut sampai dibahas oleh Forum Kerjasama Ormas Kristen dalam Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Sejumlah tokoh Kristen dan tokoh Ormas Kristen hadir dalam FGD tersebut, diantaranya Ketua Umum DPP Gerkindo yang juga berperan sebagai moderator Pdt Yerry Tawalujan MTh, Ketua Umum Asosiasi Pendeta Indonesia Pdt Brigjen TNI (Purn) Harsanto Adi MM, Ketua Umum MUKI Djasarmen Purba, Ketua Umum PPI Dr Jerry Rumah Latu, Mayjen TNI (Purn) Jan Pieter Ate dan lainnya.
Kepada BeritaManado.com, Pdt Yerry Tawalujan mengatakan, dari FGD tersebut, dihasilkan sejumlah pernyataan dalam menghadapi situasi dan kondisi bangsa, yaitu, hak menyampaikan pendapat adalah bagian dari demokrasi, namun FK-OK menyayangkan unjuk rasa mahasiswa yang berakhir anarkis dan terjadi serentak di beberapa kota.
“Kami menyayangkan sikap anarkis. Kami pun mendukung dan mengapresiasi langkah-langkah yang telah diambil TNI dan Polri dalam menangani unjuk rasa mahasiswa yang berakhir ricuh tersebut,” ujar Yerry.
FK-OK pun menyerukan agar semua elemen masyarakat menahan diri, tidak mudah terpancing dengan berita-berita hoax yang menyebar dan tidak memperkeruh suasana yang bisa merugikan kepentingan bangsa.
“Kami, menyerukan kepada pimpinan-pimpinan sinode gereja dan para rohaniwan lintas agama untuk bersatu mengawal Indonesia berdasarkan Pancasila. Kami pun menyerukan kepada seluruh komponen bangsa untuk mengawal keputusan rakyat melalui Pemilu yang telah menetapkan Bapak Jokowi dan KH Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode tahun 2019-2024,” kata Yerry melengkapi hasil FGD.
Yerry pun mengungkapkan, untuk memastikan ada langkah nyata dalam menangani situasi yang memanas ini, FK-OK akan bertemu dengan pihak-pihak terkait untuk menetapkan langkah strategis yang akan diambil.
“Langkah strategis ini harus bisa dilakukan bersama demi menetralkan lagi situasi dan membuat situasi yang panas ini jadi kondusif. Apalagi masa ini sudah jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tanggal 20 Oktober nanti,” ucap Pdt Yerry.
Sebelumnya diberitakan, aksi mahasiswa yang berujung ricuh juga terjadi di Sulawesi Utara.
Gabungan mahasiswa dari berbagai Universitas di Sulawesi Utara menggelar aksi demo di Lapangan Tikala dan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara, Kairagi, Rabu (25/9/2018).
Gabungan Mahasiswa yang terdiri dari Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT), IAIN Manado, Politeknik Negeri Manado dan Universitas lainnya termasuk organisasi-organisasi kemahasiswaan GMKI, HMI, GMNI melakukan aksi demo mereka menuntut beberapa isu-isu yang saat ini ramai di bicarakan publik, antara lain Refisi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), mencabut Undang-Undang KPK, menolak kenaikan BPJS, dan isu-isu lainnya seperti kasus Papua.
Sekitar pukul 13.30 Wita, aksi damai yang awalnya berjalan mulus tiba-tiba berlangsung ricuh sesaat setelah mahasiswa mendesak masuk ke dalam ruangan kantor DPRD Sulut.
Pagar pintu masuk rusak akibat aksi mahasiswa yang berjibaku dengan kepolisian, mahasiswa juga melakukan aksi bakar ban, melakukan teatrikal membawah peti yang mebertuliskan ‘telah wafat demokrasi’.
(sri surya)