Manado – Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara Ir Herry Rotinsulu menyatakan, akibat kemarau panjang yang dialami Sulut selama tujuh bulan terakhir akibat El-Nino (musim kemarau ekstrim) dipastika Sulut mengalami kerusakan hutan hingga gagal panen.
Rotinsulu menjelaskan, hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah terjadi kekeringan ekstrim disebagian besar wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
Hal itu berdampak negatif terhadap hutan, lingkungan hidup, ketersediaan air yang pada akhirnya memberikan efek terhadap produksi hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan hingga kesejahteraan rakyat.
“Luas lahan perkebunan rakyat dan kawasan hutan yang terbakar akibat kekeringan ekstrim sampai Oktober 2015 mencapai 18.441 hektar serta komoditi pertanian seluas 2.342,60 hektar, mengalami kekeringan dan gagal panen,”
Gagal panen tersebut menurut dia terdiri dari perkebunan kelapa, cengkih dan pala, sedangkan untuk pertanian terdiri dari tanaman padi, jagung, kedelai dan cabe.
Oleh karena itu dia berharap, program aksi bersama berupa gerakan Sulut menanam (GSM) sebagai upaya pemerintah, swasta dan masyarakat dapat memulihkan ekosistem dan ekonomi yang mengalami penurunan.
“Gerakan ini sebagai gerakan dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai upaya memulihkan (recovery) ekositem, perekonomian serta sebagai upaya antisipasi bencana masa depan,” harap Rotinsulu.