Manado – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado melalui Laboratorium Sejarah Sosial Budaya (LSSB), Kamis (5/12) pagi ini sekitar pukul 09.00 Wita, menggelar kegiatan ‘Bedah Buku Sulawesi Utara’ di Ruangan Teater.
Kegiatan yang mengusung tema “Sejarah Melurus Dirinya Sendiri” dengan editor Putu Oka Sukanta dan kata pengantar, Ivan RB Kaunang, akan membelah sistematis pembahasan isi dalam buku berjudul Sulawesi Bersaksi.
Menurut Dekan FIB Unsrat, Dra Troutje Rotty M Hum, melalui Ketua LSSB, Dr Ivan RB Kaunang SS MHum mengatakan, pembahasan buku saat ini penting adanya. Sebab era jaman semakin modern seakan memusnahkan para peminat dan pecinta buku.
“Buku merupakan jendela dunia, dengan buku kita dapat menjelajah dunia. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini sudah tidak banyak lagi yang mencintai buku dan tidak banyak pula yang membaca buku,” katanya.
Dikatakan, berkurangnya minat membaca buku perlu adanya kesinambungan pecinta, pemerhati buku untuk menyebarluaskan pemikiran baru melalui bedah buku sehingga muncul pemikiran-pemikiran jernih, cerdas, kreatif membangun peradaban.
“Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan akan mulai tumbuh kembali sosok-sosok pemerhati buku yang bisa memberikan solusi dari kegunaan buku tersebut,” ujar alumnus doktor Udayana Bali ini. .
Beda Buku ini turut didukung Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado. Menurut Yoseph Ikanubun, kegiatan ini membuka kembali lembaran peradaban situasi yang menghilangkan rasa kecintaan pada buku. Seharusnya gebrakan-gebrakan yang dimulai dengan cara kegiatan sosialisasi bedah buku itu sangatlah membantu.
“Ini merupakan catatan lembaran yang harus didukung oleh berbagai pihak sebagai satu solusi mengembang tumbuhkan minat dari para pembaca itu sendiri. Satu hal yang harus diingat bahwa idealis pembaca buku akan muncul ketika pembahasan yang ditorehkan penulis punya unsur yang jelas, dan fakta yang berjalan sesuai kenyataan,” pungkasnya.
Kegiatan bedah buku di Manado merupakan kota ketiga setelah Palu dan Makassar ini juga selain didukung AJI Manado juga oleh Goethe Institute Jakarta. (Agust Hari)