Manado, BeritaManado.com – Belakangan, publik diramaikan dengan pemberitaan mengenai pernyataan Ahmad Basarah yang menyebut guru korupsi Indonesia itu adalah Soeharto.
Penyebutan Soeharto sebagai Guru Korupsi Indonesia juga dirasa wajar oleh Ramar Rahasia selaku Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Manado.
Menurutnya, pasca kemerdekaan, Indonesia punya cerita kelam selama 32 tahun dipimpin oleh Presiden Soeharto.
“Saya rasa itu hal wajar jika kita menyebut Soeharto Guru Korupsi seperti yang dikatakan oleh Ahmad Basarah,” kata Ramar Rahasia kepada BeritaManado.com (4/12/2018) di salah satu Rumah Kopi ternama di Kota Manado.
Ramar Rahasia merasa wajar karena Indonesia punya sejarah kelam selama 32 tahun pernah dipimpin oleh Presiden korup dan otoriter.
Aktivis Mahasiswa lulusan Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi tersebut juga mengatakan bahwa maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di era kepemimpinan Presiden Soeharto juga jadi salah satu alasan terwujudnya gerakan Reformasi 98.
Hal itu, kata dia, karena kepemimpinan Soeharto terpusat dan sentralistik sehingga marak terjadi penyalahgunaan wewenang untuk mensejahterahkan keluarga dan kroninya.
Lanjut Ramar Rahasia, lemahnya penegakan hukum terhadap Praktik KKN serta berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang di era Soeharto meningkatkan kekecewaan rakyat sehingga terwujud gerakan reformasi 98.
“Gerakan yang dipelopori mahasiswa bersama-sama rakyat tersebut telah berhasil melengserkan Soeharto dari singgasana kepresidenan,” tandas Ramar Rahasia.
Ia pun mengutip BBC News, Forbes dan sejumlah media internasional mencatat bahwa kekayaan Soeharto mencapai US$ 15-35 miliar. Sebagian besar diantaranya diduga kuat hasil jarahan selama 32 tahun berkuasa di Indonesia sejak 1967.
Diungkapnya, nama Soeharto bertengger di pucuk daftar koruptor sedunia, di atas bekas Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan bekas Presiden diktator Kongo Zaire Mobutu Sese Seko, yang berada di peringkat kedua dan ketiga dengan nilai korupsi terpaut cukup jauh dari Soeharto.
(PaulMoningka)