Manado – Himbaun moral yang diserukan Majelis Adat Minahasa terkait prahara yang menimpah Universitas ternama di Sulawesi Utara kian menjernihkan persoalan yang ada.
Menurut dr. Bert Adriaan Supit, Ketua Presidium Majelis Adat Minahasa (MAM) Sulut sebagai perkumpulan warga Minahasa prihatin dengan permasalahan di Unsrat Manado ini. Bagi Supit seharusnya insiden yang terjadi di institusi perguruan terbaik Sulut dapat diselesaikan dengan cepat karena dikhawatirkan akan menguap.
“Tentu selaku warga Minahasa dan ketua MAM saya sedih dengan kondisi yang menimpa Unsrat, kami meminta nama baik Sam Ratulangi dapat dijaga, jangan kemudian slogan Si Tou Timou Tumou Tou hanya sekedar kiasan,” tutur Supit.
Tambahnya lagi, dirinya selain memberikan seruan moral tentu akan mengambil langkah dalam rangka menyelesaikan perosalan yang terjadi di Unsrat.
“Tentu langkah-langkah akan kami ambil sebagai lembaga adat Minahasa, seriun moral ini harap untuk ditindak lanjuti. Artinya, minimal ada suatu perubahan di Unsrat yang menggunakan nama Sam Ratulangi ini,” ungkap Supit.
Sejauh ini ada pengaduan masyarakat, baik menyangkut dengan pungutan saat mahasiswa baru memasuki kampus, bocornya PNBP, dipotongnya tunjangan dosen, hingga proses pemilihan rektor yang dinilai sarat kepentingan dan penuh manipulasi.
“Apa-apa yang disampaikan masyarakat yang juga di dukung dengan pemberitaan media cukup beralasan bagi kami untuk mengingatkan Rumokoy. Janganlah menjadikan kampus sebagai milik sendiri, tentunya kami meminta pemilihan rektor Unsrat dianulir karena cacat hukum,” tegas Supit menutup. (Am)