Willem Baba Mononimbar
Refleksi Hari Jadi ke-9 Kabupaten Minsel
AMURANG—Tanggal 27 Jabuari 2012, adalah acara syukuran Hari Jadi ke-9 Kabupaten Minahasa Selatan. Dari tahun ke tahun (2003, red) adalah tahun dimekarkan dari Kabupaten Minahasa. Pejuang yang gigi waktu itu mati-matian untuk kiranya dapat memisahkan dari Kabupaten Minahasa Selatan. Tetapi, jelang Hari Jadi ke-9 itu, para pejuang berucap. Menanam tanpa menuai. Kalimat ini, diberikan kepada petinggi Minsel.
‘’Itulah sepenggal kalimat yang hanya dapat disandang parapejuang Pemekaran Minahasa Selatan. Momentum Hari Jadi ke-9, yang jatuh tanggal 27 Januari 2012 yang tinggal menghitung dengan jari. Angka ke-9 (Maksiow,red) adalah angka ganjil terbesar yang keramat bagi Tou keturunan Toar Lumimuut,’’ kata Willem Baba Mononimbar, salah satu pejuang pemekaran Minsel.
Membayangkan, kependekaran mengambarkan kepahlawanan. Bung Karno sang Proklamator Bangsa pernah berkata. ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa para pahlawannya’. Oleh sebab itu, di momentum Hari Jadi ke-9 yang juga Maksiow ini. Menghimbau kepada pemerintah Kabupaten Minsel untuk dapat memberikan cendramata, walau hanya berupa Piagam atau Penghargaan kepada para pejuang Pemekaran Minsel.
‘’Diakuinya, sewaktu kepemimpinan Drs Ramoy Markus Luntungan, pernah berjanji akan memperhatikan para pejuang. Hanya saja, sampai berakhirnya kepemimpinan tersebut janji itu tak terealisasi. Akankan, dikepemimpinan Tetty Paruntu akan memberikan penghargaan kepada pejuang Minsel. Ini baru usul dan kita tunggu saja hasilnya,’’ ujar Baba, demikian panggilan Mononimbar.
Mononimbar pun menjelaskan, nama-nama para pejuang adalah, Danny Maukar, Ir Andrey Umboh, James Sumendap, SH (Modoinding). Lucky Sanger, Drs Edyson Masengi dan Henry Palit, SH (Tompasobaru), Wempy Kawung, Drs HD Waworuntu, DR Ferry Liando, Drs Ferdy Winerungan, Setly Kohdong, SH, Royke Paat, SE, Drs Sonny Umboh, Jeffry Tumanduk, SE (Motoling).
Ada juga Ir Arie OD Pangaila, Wilson Rumerung, Hans Mokuan, Hans Paat, Chres Pangaila, Dady Ransulangi (Tenga). Anton Tenges, Niclas Mintje, Drs E Ph Rembang, Drs Decky Umpel, Simon Ottay, Drs Inyo Koloay, Eky Rumokoy, Hengky Rumengan, Berty Setligh, BA, Corneles Kowaas, Willem Mononimbar, Jul Umpel, Vonny Singkoh, Nico Ilat, Dien Tenges, Frangky Wongkar, Jantje Josephus, Frangky Joseph, Nyong Mononimbar, Moudy Lelengboto, Drs Corneles Mononimbar, Ir Sam Slat, Ir Jantje Wauran, Wenfry Tumbuan, John Sorongan, Sonny Sariowan, Richard Ottay, Roy Ticoalu, Dantje Luli, Ruddy Mawa, George Wongkar, Teddy Tendur, Tonny Rengkung, Hikmad Branders dan Donald Sinubu juga Jemmy Assa.
Selain itu, ada Ventje Tuela, Ssos, Jul Lengkong, Lucky Wongkar (Tumpaan). Prof Rondonuwu, Ben Watung, Rolly Porong (Tareran). Sedangkan pejuang di Jakarta, ada Drs Markus Wauran, Drs Berny Tamara, Drs Ruddy Sumampow, Teddy Matheos, Lendy Ventje Frans, Jantje Frans, Otnel Kumaat, Joseph Pesik. Khusus Pers, Hendra Zoenardji, Andries Pattyranie, Hence Paat, Simon Manorek, Aswin Lumintang dan lainnya.
Mononimbar juga menyebut, penyandang dana adalah Christiany Eugenia Tetty Paruntu (yang kini bupati Minsel). Drs Harold Lolowang, Ruddy Sumampow, Jantje Wauran, Hendrik Heidemans, Adolf Winokan, dr Allan Umboh, Jenny Johana Tumbuan, Dolvie Tanor dan Boy Tumiwa .
‘’Kiranya himbauan ini diwujudnyatakan pemerintah Kabupaten Minsel. Karena sesungguhnya era pemerintahan lama para pejuang ini tidak diperhatikan. Kami hanya bisa berharap, semoga walahualam. Hidup pejuang. Minsel Berdikari Cepat. Bravo CEP-SFT,’’ sebut Mononimbar yang juga Ketua DPC Kosgoro 1957 Minsel ini. (and)