
Manado, BeritaManado.com — Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional didemo ole karyawannya, minta untuk dicopot dari jabatannya.
Dilansir dari Suara.com jaringan BeritaManado.com sejumlah aparatur sipil negara atau ASN di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar aksi demonstrasi di kantornya sendiri.
Mereka menuntut agar Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dicopot dari jabatannya.
Tak hanya itu, ASN BRIN juga menuntut para kroni Laksana Tri Handoko mundur dari jabatannya di BRIN.
Aksi demo ASN BRIN digelar di depan lobby Gedung B.J Habibie di kantor BRIN, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025) hari ini.
Melalui agenda aksi yang diterima kalangan media, sejumlah ASN BRIN menggelar aksi untuk menyuarakan keprihatinan kerusakan terhadap masa depan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) nasional.
Aksi diawali dengan orasi dari Anwar di depan lobby Gedung B.J. Habibie. Anwar merupakan salah satu ASN aktif yang kini ditempatkan di penempatan sementara Rawamangun sejak Januari 2025.
Sebelumnya, posisi anwar di bagian Ristek di BRIN.
“Kita suarakan agar kepala BRIN dan kroni-kroninya dicopot,” tegas Anwar dalam orasinya.
Orasi kemudian dilanjutkan oleh Muhammad Afandi yang juga ASN aktif di BRIN.
Wilayah kerja Afandi saat ini di penempatan sementara di Rawamangun.
Sebelumnya ia ditempatkan di Biro SDM di BRIN.
Dalam orasinya, Afandi menyuarakan hal serupa yang disampaikan Anwar.
Ia turut meminta tolong kepada Presiden Prabowo Subianto serta Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Dewan Pemgarah BRIN.
Para ASN menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas kehancuran aset-aset dan masa depan IPTEK Nasional yang menurut mereka disebabkan karena sepak terjang atau tindak tanduk kepemimpinan Kepala BRIN yang bersifat negatif, destruktif, otoriter, sewenang-wenang, dan tidak bertanggungjawab.
Afandi kemudian membacakan isi tuntutan resmi dari para ASN.
Tuntutan tersebut rencananya akan diserahkan kepada Dewan Pengarah dengan harapan dapat ditindaklanjut, termasuk ihwal pencopotan Laksana dari jabatan Kepala BRIN.
Berikut tuntutannya:
Tuntutan Warga BRIN dan Masyarakat Iptek dalam “Mimbar Akademik Penyelamatan Aset dan Masa Depan Iptek Nasional”
1. Pemberhentian dengan segera dan dengan secepat-cepatnya Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko dan kroni-kroninya;
2. Menuntut pertanggungjawaban secara hukum Kepala BRIN dan kroni-kroninya atas kehancuran aset dan masa depan IPTEK Nasional yang menyebabkan kerugian Negara;
3. Anulir kebijakan-kebijakan Kepala BRIN yang dilakukan secara sepihak, tidak bertanggung jawab, dan sewenang-wenang;
4. Pemulihan ekosistem IPTEK Nasional yang telah dihancurkan oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, dan kroni-kroninya;
5. Hentikan pengelolaan dan tata kelola BRIN yang sentralistik.
“Demikian kami sampaikan, agar mendapatkan perhatian sedalam-dalamnya dengan teriring rasa hormat kami setinggi-tingginya,” katanya.
BRIN Minta Warga Waspada Penularan Brucellosis
Di sisi lain, Peneliti Pusat Riset Veteriner (PRV) Organisasi Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Susan M. Noor meminta masyarakat untuk mewaspadai penularan infeksi zoonosis brucellosis, yang dapat menular dari hewan ke manusia.
“Brucellosis ini sangat luas ya space-nya, karena menyerang hewan ternak dan juga satwa liar,” katanya dalam diskusi terkait pencegahan zoonosis yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Susan memaparkan terdapat tiga bakteri Brucella yang umumnya menyerang hewan, di antaranya Brucella abortus (umumnya terjadi pada sapi), Brucella melitensis (umumnya terjadi pada domba/kambing), dan Brucella suis (umumnya terjadi pada babi).
Berdasarkan riset, ungkapnya, infeksi brucellosis memiliki berbagai cara penularan dari hewan ke manusia.
“Sebetulnya mungkin banyak yang tidak benar-benar sadar bahwa kita bisa terinfeksi, bisa melalui kotak langsung misalkan kita ke lapangan, kontak dengan hewan-hewan yang melahirkan, juga dari darahnya, dan kotorannya. Kemudian pada waktu kita mengonsumsi produk yang tidak dipasteurisasi juga akan menyebabkan terinfeksi,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara.
Di samping melalui kontak langsung, jelas Susan, penularan melalui udara juga bisa terjadi dalam infeksi brucellosis ini.
Menurut dia, kondisi yang seperti ini seharusnya menjadi perhatian seluruh pihak yang terlibat, terutama para peternak untuk dapat memisahkan hewan ternak dengan tempat tinggalnya.
Lanjut dia, para peternak juga harus memiliki kandang khusus untuk mengisolasi hewan yang terinfeksi brucellosis.
“Penanganan dalam pengendalian brucellosis itu biasanya berkenaan dengan masalah kebersihan, itu karena kita sulit sekali mendapatkan kandang yang bersih. Kemudian masalah disinfeksi, itu kebanyakan rata-rata kita ketahui peternak pun hanya menggunakan air, jarang sekali dia menggunakan disinfektan,” paparnya.
Susan juga menyoroti terhadap manajemen kelahiran hewan yang kurang baik. Ia menilai setiap kelahiran hewan ternak merupakan peristiwa berisiko tinggi.
Oleh karena itu, ia berharap kepada pemangku kepentingan terkait untuk lebih memperhatikan terhadap faktor risiko tersebut, demi mencegah adanya transmisi zoonosis brucellosis dari hewan ternak ke manusia.
(Erdysep Dirangga)