MANADO – Ribuan peserta menggelar upacara peringatan Hari Bela Negara Nasional (HBNN). Pantauan beritamanado para peserta membentuk formasi lingkaran saat ber-ikrar bela negara di lapangan Sparta Tikala, Kota Manado, Senin (19/12).
Dalam acara tersebut Walikota Manado, Vicky Lumentut bertindak selaku inspektur upacara yang memasuki podium di saat hujan deras mengguyur lapangan Sparta Tikala.
Nampak dalam upacara tersebut, ribuan peserta upacara yang terdiri dari TNI dan POLRI, jajaran PNS kota Manado, pemerintah dan masyarakat Kota Manado, Search and Rescue (SAR), FKPPI, Pemuda Panca Marga, Brigade Manguni, Pemuda Lintas Gereja, Pemuda Ansor, Pemuda Pancasila, Resimen Mahasiswa (Menwa), dan peserta lainnya yang siap ber-ikrar bela negara, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati.
Setiap peserta dan seluruh masyarakat yang hadir diwajibkan untuk membuka topi dan mengenakan ikat kepala merah-putih sambil mengucapkan ikrar yang dibawakan oleh Wakil Walikota Manado, Harley A.B Mangindaan.
Tidak lupa juga, iringan lagu “maju tak gentar” oleh grup musik bambu seakan menghidupkan kembali “gema proklamasi”.
Dalam kesempatan itu juga secara simbolisasi dibunyikan sirene sebanyak empat kali untuk mewakili 4 Pilar Bangsa. Sirene pertama simbol Pancasila, sirene kedua UUD 1945, sirene ketiga NKRI, dan sirene keempat sebagai simbol Bhineka Tunggal Ika.
Dalam pidatonya Walikota Manado Vicky Lumentut menjelaskan bahwa tepat pada hari ini (19/12) merupakan hari peringatan bela negara. Hal ini sudah diatur dalam keputusan Presiden No.28 tahun 2006, dimana pada tahun tersebut Negara Indonesia dalam keadaan genting dan terancam.
“Memperingati Hari Bela Negara Nasional merupakan upaya untuk membangun kesadaran cinta akan tanah air dan dengan kesadaran akan bela negara menjadi eksistensi kita terhadap kesatuan dalam bingkai NKRI. Memang, kita sekarang sudah hidup di alam kemerdekaan, namun kita tidak bisa duduk dan berdiam diri saja, melainkan kita harus berbuat dengan memberikan karya yang terbaik dalam mengisi kemerdekaan,” tutur Lumentut.
Saat pembacaan ikrar oleh seluruh peserta dan masyarakat, sepakat bahwa tidak ada yang bisa meng-intervensi ataupun memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia. “NKRI adalah harga mati!”. (cha)