Jakarta, BeritaManado.com — Berbeda dengan Dokter dan Perawat, Fisioterapis masih sedikit asing di telinga para generasi muda dan faktanya masih jarang diminati melalui jalur pendidikan formal sebagai bekal yang akan digeluti di masa depan.
Namun demikian hal tersebut dapat dimaklumi dikarenakan masih banyak orang belum mengetahui seluk beluk apa dan bagaimana profesi Fisioterapis itu dan untuk menggenggam gelar tersebut seseorang harus terlebih dahulu menempuh pendidikan formal ilmu Fisioterapi.
Alumni Universita Katolik De La Salle Manado Ester Lita Maratade AMd Kes menjelaskan bawha Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan setiap individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak serta fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual dan elektro.
Ruang lingkup Fisiooterapi itu luas, dimana salah satunya adalah pelayanan Fisioterapis Olahraga, yang tujuan utamanya ada bermacam-macam, seperti membuat program-program latihan untuk atlit yang mengalami cidera sehingga bisa kembali ke lapangan atau yang biasa dikenal dengan istilah recovery.
Selain itu ada juga memberikan program latihan untuk meningkatkan performa atlit mulai dari mobility, stability yang dapat menghasilkan movement berkualitas sampai pada skill atlit untuk siap turun kembali ke lapangan.
“Dalam hal ini seorang Fisioterapis yang ada di sebuah klub olahraga seperti sepakbola berhak untuk memberikan masukan kepada pelatih tentang kondisi atlit, apakah siap turun lapangan, berada dalam kondisi fit, berapa lama atlit bersangkutan bisa bermain. Fisioterapis juga melakuklan pendampingan kepada salah satu atlit yang terkena cidera dalam suatu pertandingan,” jelas Ester, sapaan akrabnya.
Ditambahkannya, latihan Fisioterapi itu tidak sama dengan latihan teknik lainnya di lapangan, sehingga ada porsi tersendiri dan terpisah.
Salah satu cidera yang sering terjadi di lapangan adalah pada atlit sepakbola, basket, badminton dan volley yaitu sprain ankle atau yang biasa disebut keseleo pada ankle, dimana dalam kasus tersebut terjadi pengeluaran pada ligament anterior tallo fibula yang letak ligament ini pada bagian luar ankle.
Sprain ankle biasanya terjadi karena kaki salah tumpuan saat mendarat atau adanya penekanan saat melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba.
Pada cidera seperti ini biasanya seorang atlit langsung merasakan sakit pada anklenya bagian luar dan timbul inflamasi yang mengakibatkan bengkak.
“Dalam berbagai kasus cidera atlit, peran seorang Fisioterapis sangatlah penting karena harus memulihkan kondisi atlit, supaya bisa melanjutkan permainan atau pertandingan yang dilakoni. Kita juga harus mengatahui pada saat penanganan Fisioterapi di lapangan hanya diberikan waktu paling lama 3 menit, maka seorang Fisioterapis harus memanfaatkan waktu untuk melakukan pemeriksaan sampai penanganan,” ungkap Ester.
Setelah dilakukan quick test dan penanganan biasa pada kondisi atlit yang cidera, selanjutnya diberikan kompres es, etil kemudian dilihat lagi stabilitasi anklenya dan jika ada masalah pada stabilitasnya, maka diberikan tapping yang berguna untuk menstabilkan ankle.
Pada akhir pemeriksaan hingga penanganan, seorang Fisioterapis berhak menyampaikan kepapda pelatih, apakan seorang atlit masih bisa melanjutkan pertandingan ataukah harus duduk di bangku cadangan dan bersiap untuk menjalani proses recovery sementara waktu sampai kondisi siap untuk turun lapangan lagi.
Sedemikian pentingnya tugas Fisioterapis membuat profesi tersebut mempunyai masa depan yang bagus dan sangat menjanjikan untuk digeluti atau ditekuni, dimana ujung-ujungnya tidak bisa dipungkiri berkaitan dengan penghasilan harian, mingguan maupun bulanan.
(Frangki Wullur)