Manado – Ada tiga sektor penyebab turunnya atau melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulut.
Ke-tiga sektor itu menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Ateng Hartono, adalah pertanian, jasa jeuangan dan asuransi, serta industri pengolahan.
Pertumbuhan ekonomi Sulut pada kuartal III terkoreksi menjadi 5,66%, atau menurun 0,17% dibandingkan kuartal II 2018 sebesar 5,83%.
Ditambahkan Ateng Hartono, ekonomi Sulut pada kuartal III ini mengalami penurunan lebih dalam bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (2017), di mana pertumbuhan ekonomi Sulut menyentuh level 6,49%. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Sulut masih berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,17%.
Hartono menjelaskan di sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Sulut didorong hampir oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa lainnya yang tumbuh 11,96%, diikuti oleh jasa kesehatan yang tumbuh 11,21%, dan konstruksi 10,49%.
“Beberapa sektor yang berkontribusi cukup besar kepada PDRB [Produk Domestik Regional Bruto] tapi tumbuh melambat juga menyebabkan pertumbuhan ekonomi tersendat,” ujar Hartono awal pekan ini.
Tambahnya, penurunan kinerja sektor pertanian yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB Sulut yaitu sebesar 21% diakibatkan oleh penurunan produksi jagung. Selain itu, tanaman perkebunan juga tumbuh negatif akibat anjloknya harga kopra.
Kepala BPS Sulut ini menjabarkan, peningkatan jumlah wisatawan ke bumi nyiur melambai menjadi salah satu faktor penyebab pesatnya pertumbuhan sektor jasa lainnya. Terlebih, banyak penyelenggaraan acara pariwisata seperti Manado Fiesta, Tomohon International Flower Festival selama kuartal ketiga tersebut.
Untuk sektor jasa kesehatan, tumbuh pesat akibat peningkatan realisasi anggaran fungsi kesehatan dan pendidikan terutama dari pendanaan APBN. Adapun sektor konstruksi tumbuh tinggi karena adanya percepatan penyelesaian beberapa proyek nasional seperti jalan tol Manado—Bitung dan Bendungan Kuwil Kawangkoan, serta peningkatan belanja modal pemerintah.
Di samping itu, dua sektor lainnya yang juga tumbuh pesat adalah informasi dan komunikasi, yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan layanan data seluler maupun produk telekomunikasi. Pada kuartal III ini, sektor yang berkontribusi sebesar 3,9% terhadap PDRB ini dan memiliki pertumbuhan 8,66%.
Meski hanya menyumbang 0,810% terhadap PDRB, nyatanya sektor jasa perusahaan juga tumbuh cukup pesat hingga 8,13%. Penyebabnya antara lain tingginya kunjungan wisatawan ke Sulut turut mendorong tingginya aktivitas usaha travel dan biro perjalanan, serta penyewaan kendaraan.
“Wisman yang datang ke Sulut berdampak pada ekspor jasa. Yang perlu ditingkatkan adalah ekspor barangnya,” ujar Hartono.
Dilihat dari struktur ekonominya, konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi terbanyak pada PDRB Sulut, yaitu mencapai 43,3%, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Brutio sebesar 37,27%. Sementara konsumsi pemerintah berkontribusi 18,76% terhadap PDRB.
(***/Jerry)