
Airmadidi – Tidak bisa dipungkiri, saat ini pemilik kebun kelapa di Sulut mengalami kesulitan mencari pekerja pemetik buah.
Hal ini membuat upah jasa pemetik kelapa melambung tinggi. Dulunya, upah pemetik kelapa di Minut dihargai Rp1000 per pohon namun sekarang bisa mencapai Rp5000 per pohon.
Legislator Minut Denny Sompie tak menepis kondisi tersebut.
“Dalam satu hektar (Ha) biasanya diisi 120 pohon kelapa. Dari situ, pemetik kelapa bisa mendapat upah sebanyak Rp4-5 juta yang dipetik per empat bulan. Jumlah ini sangat kecil sehingga banyak pemetik kelapa lebih memilik menjadi tukang ojek,” ujar Sompie.
Permasalahan ini ikut diangkat calon Bupati Minut nomor urut satu Piet Luntungan dalam debat publik putaran akhir yang berlangsung di Hotel Sutanraja, Minggu (30/11/2015).
“Kalau saya jadi bupati, saya akan beli robot pemetik kelapa untuk membantu petani,” kata Luntungan.
Pernyataan tersebut sontak menimbulkan gelak tawa para penonton serta kandidat lainnya.
Calon Bupati nomor urut dua Vonnie Anneke Panambunan (VAP) secara spontan menyebutkan bahwa rencana tersebut “tai minyak” (omong kosong, red).
“Jadi, Om Piet mau membuat daerah ini penuh dengan robot? Itu rencana tai minyak,” celetuk VAP diikuti tawa penonton di studio.(Finda Muhtar)