Manado – Pengoplosan gas dari tabung LPG bersubsidi 3 kg ke non subsidi 12 kg di Sulawesi Utara dinilai sangat rawan terjadi. Selisih harga yang tinggi antara LPG subsidi dan non subsidi sebagai penyebabnya sehingga pihak pengoplos bisa mendapatkan untung banyak dengan melakukan cara ini.
Hal lain juga karna Wilayah Sulawesi Utara merupakan tempat mejual LPG 12 kg tertinggi di Indonesia Timur, serta belum adanya kuota tetap yang ditetapkan pemerintah terhadap kuota LPG di Wilayah Sulut sendiri. Hal tersebut disampaikan Sales Area Manajer LPG Pertamina Manado Isfahani.
“Kami tidak bisa mengelontorkan begitu saja LPG ini sebanyak-banyaknya, karena potensial salah digunakan dan akan mungkin terjadi banting-bantingan harga diantara agen-agen sendiri. Pengoplosan LPG 3 kg ke 12 kg sangat rawan terjadi, karena Sulawesi Utara ini merupakan tempat mejual LPG 12 kg tertinggi di Indonesia Timur sekitar 120 ribuan, kalau dikurangi Maluku dan Irian, sehingga selisih harga jual LPG 3 kg dengan 12 kg yang demikian ini sangat memungkinkan orang untuk mengoplos, memindahkan LPG 3 kg ke 12 kg, nah ini yang harus diantisipasi,” ujar Isfahani
Ia menambahkan, dari informasi yang kami dapati kecil kemungkinan hal itu terjadi namun demikian pihak Pertamina sangat berharap kerjasamanya dengan pihak terkait untuk memantau kegiatan-kegiatan itu di lapangan.
“Apalagi barang bersubsidi, kita mengirimkan untuk subsidi, tau-tau dioplos, kami juga bisa bermasalah mengenai hal itu. Jadi semaksimal mungkin kami akan mengantisipasi hal itu,” ujarnya lagi. (jrp)