Bitung – Usianya tidak muda lagi, tapi jiwa kemanusian membantu para korban bencana di Sulteng masih tetap membara.
Talende Wodi (65) nekat bertolak ke Kota Palu, Jumat (05/10/2018) dengan tujuan ikut operasi SAR mencari para korban bencana gempa dan tsunami.
Dari informasi, Warga Kelurahan Batuputih Kecamatan Ranowulu ini bertolak ke Palu menggunakan jasa angkutan darat dengan menggunakan dana pribadi.
“Disana memang ada keluarga dan dari hari pertama bencana, beliau terus memantau dan tergerak untuk menuju ke sana,” kata salah satu anak Talende, Alfons Wodi.
Alfons menceritakan, memasuki hari ketiga pasca bencana di Palu, sang ayah sudah sangat gelisah dan meminta untuk dibelikan tiket pesawat ke Palu untuk mencari keluarganya yang saat itu belum ada kabar.
“Waktu itu penerbangan belum dibuka karena bandara mengalami kerusakan dan kami minta agar beliau bersabar,” katanya.
Hari keempat kata Alfons, sang ayah makin gelisah dan mengajak untuk lewat darat. Namun niat itu tak disetujui mengingat kondisi belum kondusif dan muncul informasi soal penjarahan di jalan.
“Beliau tetap tidak tenang dan terus mengikuti situasi di sana dan nanti setelah kondisi kami anggap aman baru diijinkan,” katanya.
Layaknya para relawan, Talende hanya membawa barang secukupnya yang dikemas dalam dua tas punggung ukuran tiga dan dua liter.
“Beliau juga membawa perlengkapan P3K dan alat penerangan serta peralatan hidup di alam. Soal perlengkapan terlalu kuatir karena memang beliau sudah terbiasa hidup di alam seperti memandu wisatawan di TWA Tangkoko,” katanya.
Dirinya berharap, ayahnya berhati-hati dan upaya pencarian sanak keluarganya di Palu bisa membuahkan hasil.
“Kami hanya bisa mendoakan semoga beliau bisa kembali dengan selamat,” katanya.
(abinenobm)
Bitung – Usianya tidak muda lagi, tapi jiwa kemanusian membantu para korban bencana di Sulteng masih tetap membara.
Talende Wodi (65) nekat bertolak ke Kota Palu, Jumat (05/10/2018) dengan tujuan ikut operasi SAR mencari para korban bencana gempa dan tsunami.
Dari informasi, Warga Kelurahan Batuputih Kecamatan Ranowulu ini bertolak ke Palu menggunakan jasa angkutan darat dengan menggunakan dana pribadi.
“Disana memang ada keluarga dan dari hari pertama bencana, beliau terus memantau dan tergerak untuk menuju ke sana,” kata salah satu anak Talende, Alfons Wodi.
Alfons menceritakan, memasuki hari ketiga pasca bencana di Palu, sang ayah sudah sangat gelisah dan meminta untuk dibelikan tiket pesawat ke Palu untuk mencari keluarganya yang saat itu belum ada kabar.
“Waktu itu penerbangan belum dibuka karena bandara mengalami kerusakan dan kami minta agar beliau bersabar,” katanya.
Hari keempat kata Alfons, sang ayah makin gelisah dan mengajak untuk lewat darat. Namun niat itu tak disetujui mengingat kondisi belum kondusif dan muncul informasi soal penjarahan di jalan.
“Beliau tetap tidak tenang dan terus mengikuti situasi di sana dan nanti setelah kondisi kami anggap aman baru diijinkan,” katanya.
Layaknya para relawan, Talende hanya membawa barang secukupnya yang dikemas dalam dua tas punggung ukuran tiga dan dua liter.
“Beliau juga membawa perlengkapan P3K dan alat penerangan serta peralatan hidup di alam. Soal perlengkapan terlalu kuatir karena memang beliau sudah terbiasa hidup di alam seperti memandu wisatawan di TWA Tangkoko,” katanya.
Dirinya berharap, ayahnya berhati-hati dan upaya pencarian sanak keluarganya di Palu bisa membuahkan hasil.
“Kami hanya bisa mendoakan semoga beliau bisa kembali dengan selamat,” katanya.
(abinenobm)