Amurang – Terkait pekerjaan Jembatan Boleuvard di Kawasan Kambiow Kota Amurang Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel, red), berbanrol puluhan miliar rupiah, nampaknya mulai mendulang kritikan masyarakat. Betapa tidak, terpantau sejumlah Bois pemecah ombak berjarak 12 meter dari Jembatan tersebut, kedapatan dalam kondisi retak.
Hal ini menurut Ketua Sulut Corruption Wacth (SCW) Novie Ngangi, saat menghubungi wartawan media ini, mengingat ribuan bois tersebut, berfungsi melindungi Jalan dan jembatan dari terpaan Ombak, maka strukturnya harus kuat. Bagaimana tidak, Teluk Amurang ini, ketika sedang berada pada posisi angin barat, ombak yang dihasilkan tinggi dan kuat.
“ Untuk itu kalau saat ini saja struktur dari ratusan bois itu sudah dalam kondisi retak-retak, bagaimana kalau ada angin barat. So pasti akan hancur, dan Negara akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Saya menduga campuran untuk Bois-bois itu, tak sesuai bestek. Contohnya besi, harusnya besi 19 tapi yang dipasang disitu besi 14. Otomatis strukturnya rapuh. Saya menduga juga kenapa setiap bois itu langsung ditutup semen, hal ini guna menghindari pantauan masyarakat,” ujar Ngangi.
Lanjut dia, jika ini benar, Negara bisa dirugikan miliaran rupiah. Belum lagi struktur dalam kaki Jembatan tersebut. “ Pihak Kontraktor tentunya harus melihat hal ini, jangan sampai orang lapangan atau Sub kontraktornya yang bermain, harusnya juga Bois-bois ini diuji laboratorium, sebelum dipasang,” ujar dia.
Dia juga persoalkan Legislator Minsel, yang diduga menjadi Sub Kontraktor. “ Saya sudah mendengar ada Anggota DPRD Minsel yang jadi subkon disitu, jika ini benar saya mengingatkan, sebagai lembaga yang memiliki fungsi control seharusnya anggotanya tidak masuk dalam proyek ini. Logisnya masakan saya tangkap saya, saya control saya. Kan tidak mungkin,” kunci Ngangi. (sanlylendongan)
Amurang – Terkait pekerjaan Jembatan Boleuvard di Kawasan Kambiow Kota Amurang Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel, red), berbanrol puluhan miliar rupiah, nampaknya mulai mendulang kritikan masyarakat. Betapa tidak, terpantau sejumlah Bois pemecah ombak berjarak 12 meter dari Jembatan tersebut, kedapatan dalam kondisi retak.
Hal ini menurut Ketua Sulut Corruption Wacth (SCW) Novie Ngangi, saat menghubungi wartawan media ini, mengingat ribuan bois tersebut, berfungsi melindungi Jalan dan jembatan dari terpaan Ombak, maka strukturnya harus kuat. Bagaimana tidak, Teluk Amurang ini, ketika sedang berada pada posisi angin barat, ombak yang dihasilkan tinggi dan kuat.
“ Untuk itu kalau saat ini saja struktur dari ratusan bois itu sudah dalam kondisi retak-retak, bagaimana kalau ada angin barat. So pasti akan hancur, dan Negara akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Saya menduga campuran untuk Bois-bois itu, tak sesuai bestek. Contohnya besi, harusnya besi 19 tapi yang dipasang disitu besi 14. Otomatis strukturnya rapuh. Saya menduga juga kenapa setiap bois itu langsung ditutup semen, hal ini guna menghindari pantauan masyarakat,” ujar Ngangi.
Lanjut dia, jika ini benar, Negara bisa dirugikan miliaran rupiah. Belum lagi struktur dalam kaki Jembatan tersebut. “ Pihak Kontraktor tentunya harus melihat hal ini, jangan sampai orang lapangan atau Sub kontraktornya yang bermain, harusnya juga Bois-bois ini diuji laboratorium, sebelum dipasang,” ujar dia.
Dia juga persoalkan Legislator Minsel, yang diduga menjadi Sub Kontraktor. “ Saya sudah mendengar ada Anggota DPRD Minsel yang jadi subkon disitu, jika ini benar saya mengingatkan, sebagai lembaga yang memiliki fungsi control seharusnya anggotanya tidak masuk dalam proyek ini. Logisnya masakan saya tangkap saya, saya control saya. Kan tidak mungkin,” kunci Ngangi. (sanlylendongan)