MANADO – Menghadapi ivent ASEAN Regional Forum-Disaster Relief Exersise (ARF-DIREx), 14 hingga 20 Maret yang tinggal hitungan hari, ternyata Pulau Bunaken sebagai ikon pariwisata Sulut belum siap. Kebersihan pulau yang telah dikenal dunia ini masih bermasalah dengan sampah, akibat tenaga kebersihan yang minim.
Direktur eksekutif DPTNB, Alwin Rondonuwu kepada wartawan mengatakan, akhir-akhir ini sering terjadi hujan, sehingga sampah dari Manado banyak yang terbawa dan menumpuk di kawasan pantai Bunaken.
“Meski terkendala petugas kebersihan yang sedikit, namun kami bersama instansi terkait Kota Manado berusaha mengatasi masalah kebersihan di Pulau Bunaken menyambut tamu-tamu ARF-DIREx,” ujarnya.
Diakuinya sampah disaat musim penghujan sangat tinggi, kontribusi sampah yang dibawa sungai ke Pantai Bunaken dan sekitarnya mencapai 70 sampai 80 persen. Di saat musim kemarau atau musim panas kuota sampah tidak terlalu banyak, sementara petugas yang ada 8 orang.
“Saat hujan petugas cukup kewalahan karena prosentase sampah di musim hujan cukup banyak,” ungkap Rondonuwu.
Lanjut dikatakannya, pengolahan sampah di Bunaken cukup memakan waktu, karena tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Karena Bunaken belum memiliki TPA, jadi perlu beberapa waktu untuk ditampung, jika penampungan sudah penuh maka akan dibawa ke Manado untuk dibuang disana,” terangnya. (is)
MANADO – Menghadapi ivent ASEAN Regional Forum-Disaster Relief Exersise (ARF-DIREx), 14 hingga 20 Maret yang tinggal hitungan hari, ternyata Pulau Bunaken sebagai ikon pariwisata Sulut belum siap. Kebersihan pulau yang telah dikenal dunia ini masih bermasalah dengan sampah, akibat tenaga kebersihan yang minim.
Direktur eksekutif DPTNB, Alwin Rondonuwu kepada wartawan mengatakan, akhir-akhir ini sering terjadi hujan, sehingga sampah dari Manado banyak yang terbawa dan menumpuk di kawasan pantai Bunaken.
“Meski terkendala petugas kebersihan yang sedikit, namun kami bersama instansi terkait Kota Manado berusaha mengatasi masalah kebersihan di Pulau Bunaken menyambut tamu-tamu ARF-DIREx,” ujarnya.
Diakuinya sampah disaat musim penghujan sangat tinggi, kontribusi sampah yang dibawa sungai ke Pantai Bunaken dan sekitarnya mencapai 70 sampai 80 persen. Di saat musim kemarau atau musim panas kuota sampah tidak terlalu banyak, sementara petugas yang ada 8 orang.
“Saat hujan petugas cukup kewalahan karena prosentase sampah di musim hujan cukup banyak,” ungkap Rondonuwu.
Lanjut dikatakannya, pengolahan sampah di Bunaken cukup memakan waktu, karena tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Karena Bunaken belum memiliki TPA, jadi perlu beberapa waktu untuk ditampung, jika penampungan sudah penuh maka akan dibawa ke Manado untuk dibuang disana,” terangnya. (is)