Manado – Lagi-lagi pelayanan perusahaan maskapai penerbangan menuai keluhan dari penumpang. Kali ini Garuda Indonesia yang menjadi sasaran kemarahan beberapa warga Manado yang bersatus sebagai penumpang tujuan Manado – Denpasar Bali.
Akibat melakukan pembatalan penerbangan sepihak, Garuda Indonesia dinilai perlakukan penumpang seperti permainan bola ping-pong. Pasalnya, pembatalan serta pengalihan penerbangan yang dilakukan tidak mendapatkan konfirmasi jelas.
Menurut Patra, salah satu penumpang yang membeli tiket tanggal 28 April 2016 mengungkapkan rasa terkejutnya saat menerima e-tiketnya. Awalnya waktu keberangkatan yang terkonfirmasi saat membeli yaitu 15.45 WITA, tiba-tiba dimajulan menjadi pukul 8.45 WITA.
Saat dikonfirmasi ke pihak Garuda Indonesia dua hari sebelum keberangkatan, dikatakan bahwa penerbangan siang sudah tutup sejak tanggal 28 April 2016. Jumlah rombongan keluarga ada sekitar 10 orang yang akan berlibur ke Bali.
Karena dimajukan jam keberangkatan, Patra dan keluarga akhirnya harus ke Bandara untuk check-in lebih awal. Sampai di tempat check-in, pihak maskapai mengatakan tidak ada penerbangan dengan tujuan Denpasar.
Saat itu sudah ada sekitar 20-an penumpang yang akan melakukan check-in. Tiket yang sudah dibeli pada jam tersebut akhirnya batal. Keberangkatan baru bisa dilayani dengan menggunakan maskapai Citylink dengan transit di Surabaya dan tiba di Denpasar pukul 14.00 WITA.
“Pembatalan yang dilakukan tanpa pemberitahuan yang jelas kepada kami penumpang. Tak hanya itu, tindakan sepihak dari Garuda Indonesia juga tidak disertai penjelasan resmi agar supaya dapat dipahami para penumpang,” kata Patra kepada BeritaManado.com.
Akibat dari perlakuan buruk tersebut, Patra dan keluarganya mengalami kerugian waktu dan materil. Menurutnya, tidak ada bentuk tanggung jawab sedikitpun dari pihak Garuda Indonesia. Untuk kerugian materi sekitar Rp 10 juta, tidak termasuk waktu berlibur yang hilang.
Nomor penerbangan pesawat Garuda Indonesia awalnya GA-625. Lebih lanjut Patra menjelaskan bahwa berangkat dari Manado dengan Citylink pukul 10.35 WITA. Tiba di Denpasar sudah sore sekali, karena di Surabaya harus menunggu sekitar 3 jam.
“Sampai saya kembali dari Denpasar, Minggu (1/5/2016) malam kemarin, saya tidak menerima informasi atau konfirmasi dari pihak Garuda Indonesia mengenai perlakukan yang tidak mengenakkan itu,” ungkap Patra. (frangkiwullur)
Manado – Lagi-lagi pelayanan perusahaan maskapai penerbangan menuai keluhan dari penumpang. Kali ini Garuda Indonesia yang menjadi sasaran kemarahan beberapa warga Manado yang bersatus sebagai penumpang tujuan Manado – Denpasar Bali.
Akibat melakukan pembatalan penerbangan sepihak, Garuda Indonesia dinilai perlakukan penumpang seperti permainan bola ping-pong. Pasalnya, pembatalan serta pengalihan penerbangan yang dilakukan tidak mendapatkan konfirmasi jelas.
Menurut Patra, salah satu penumpang yang membeli tiket tanggal 28 April 2016 mengungkapkan rasa terkejutnya saat menerima e-tiketnya. Awalnya waktu keberangkatan yang terkonfirmasi saat membeli yaitu 15.45 WITA, tiba-tiba dimajulan menjadi pukul 8.45 WITA.
Saat dikonfirmasi ke pihak Garuda Indonesia dua hari sebelum keberangkatan, dikatakan bahwa penerbangan siang sudah tutup sejak tanggal 28 April 2016. Jumlah rombongan keluarga ada sekitar 10 orang yang akan berlibur ke Bali.
Karena dimajukan jam keberangkatan, Patra dan keluarga akhirnya harus ke Bandara untuk check-in lebih awal. Sampai di tempat check-in, pihak maskapai mengatakan tidak ada penerbangan dengan tujuan Denpasar.
Saat itu sudah ada sekitar 20-an penumpang yang akan melakukan check-in. Tiket yang sudah dibeli pada jam tersebut akhirnya batal. Keberangkatan baru bisa dilayani dengan menggunakan maskapai Citylink dengan transit di Surabaya dan tiba di Denpasar pukul 14.00 WITA.
“Pembatalan yang dilakukan tanpa pemberitahuan yang jelas kepada kami penumpang. Tak hanya itu, tindakan sepihak dari Garuda Indonesia juga tidak disertai penjelasan resmi agar supaya dapat dipahami para penumpang,” kata Patra kepada BeritaManado.com.
Akibat dari perlakuan buruk tersebut, Patra dan keluarganya mengalami kerugian waktu dan materil. Menurutnya, tidak ada bentuk tanggung jawab sedikitpun dari pihak Garuda Indonesia. Untuk kerugian materi sekitar Rp 10 juta, tidak termasuk waktu berlibur yang hilang.
Nomor penerbangan pesawat Garuda Indonesia awalnya GA-625. Lebih lanjut Patra menjelaskan bahwa berangkat dari Manado dengan Citylink pukul 10.35 WITA. Tiba di Denpasar sudah sore sekali, karena di Surabaya harus menunggu sekitar 3 jam.
“Sampai saya kembali dari Denpasar, Minggu (1/5/2016) malam kemarin, saya tidak menerima informasi atau konfirmasi dari pihak Garuda Indonesia mengenai perlakukan yang tidak mengenakkan itu,” ungkap Patra. (frangkiwullur)