Oleh:
Annes Supit SS
Kader PDI-Perjuangan
PERTENGAHAN tahun ini tak seperti biasanya, kali ini hujan turun begitu deras, di beberapa persekolahan negeri terlihat banyak orang tua siswa duduk nimbrung dengan pedagang kantin sekolah sambil menunggu hujan reda. Sarinah salah-satu gadis kecil, dia kira-kira baru berumur 11 tahun, hidungnya tidak mancung, kulitnya sawo matang, rambutunya pata mayang istilah orang dikampung.
Ini gadis asli Indonesia, dia duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar, orang tuannya menyekolahkan dia di sekolah negeri karena tergiur janji seorang politisi bahwa akan ada bebas SPP. Namun 5 tahun telah lewat janji itu tidak terbukti, ternyata hanya tipuan belaka.
Saat ini orang tidak lagi memandang soal-soal moral, begitu gampang menipu demi sesuatu tujuan politik, padahal sebagai suatu bangsa yang besar negeri ini telah diberi suatu fondasi atau landasan berpijak demi kelangsungan kehidupan berbangsa.
Saat ini dimata Dunia Internasional, bangsa kita lagi terpuruk bukan saja di bidang ekonomi tapi dalam persoalan moral dan budaya, padahal kita memilki empat pilar utama sebagai pengikat dan perekat bangsa, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Sebetulnya disini timbul pertanyaan, apa yang menyebabkan sampai terjadinya pergeseran moral dan budaya dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, padahal ada sila dalam isi Pancasila yang bila dihayati maknanya sangat dalam untuk filosofis moral dan budaya manusia Indonesia seutuhnya.
Sejarah mencatat ketika kita merdeka, ada tiga hal oleh Bung Karno perlu diwaspadai sebagai sebuah bahaya dengan dua kekuatan yang berbeda dan persoalan lunturnya paham kebangsaan. Yang pertama adalah soal Indonesia dan kepentingan modal barat, neoliberalisme adalah sebuah kekuatan blok barat yang menghendaki supaya dunia ketiga berada dibawa genggamannya dengan satu tujuan, seluruh kekayaan bangsa-bangsa di timur mulai dari Minyak, Emas, Nikel, Batubara, Hutan Tropis, Tembaga, Aspal, Gas alam, Pasir Besi, Uranium sampai pada hasil alam harus jatuh ke tangan negara-negara blok barat, dengan bertopeng pada pemberian pinjaman dana, mereka berhasil mendirikan perusahan-perusahan asing di Indonesia, tujuan mereka di Indonesia karena dianggap Indonesia paling kaya soal bahan alam, strategi yang digunakan untuk merebut Indonesia adalah menjatuhkan Soekarno kemudian membantu musuh-musuh Soekarno untuk membuat keributan di tanah air. Lihatlah berbagai pemberontakan yang terjadi baik pemberontakan bersenjata maupun perbedaan ideologi yang tajam di parlemen.
Dari hasil campur tangan modal barat di Indonesia tersebut lewat lobi-lobi IMF, mereka berhasil menciptakan sistem perusahaan barat di Indonesia sehingga berhasil mempengaruhi para pejabat Indonesia dan berhasil membuat suatu kontrak yang dikenal dengan sistem Kontrak Karya dengan waktu diatas 20 tahun. Malahan ada yang diperpanjang sampai pada batas waktu yang tidak ditentukan. Anehnya, sampai pada saat ini kontrak karya tersebut tidak dihapuskan malahan banyak pejabat kita, orang-orang terpandang di legislatif yang ikut memuluskan langkah IMF dan kaki tangannya di Indonesia.
Inilah yang dikatakan Bung Karno bahwa kelak akan adanya suatu penghisapan dari suatu negara ke negara yang lain, malahan kita bukan hanya di tikam dari luar, tapi juga dari dalam sendiri. Maksud Bung Karno tersebut jelas bahwa banyak yang berteriak pendukung Sukarno, Marhaen tapi menjadi kaki tangan kelompok kapitalis.
Yang Kedua adalah masalah pertarungan ideologi. Perlu diketahui sebelum Indonesia merdeka, penjajahan Belanda sejak dulu telah meninggalkan bibit-bibit dan paham yang kurang baik di Indonesia, permusuhan antar agama, perang antar suku, paham feodalisme telah dikembangakan oleh kolonial Belanda dengan politik De Vide Et Impera sebagai panglima, belum lagi adanya paham primordial yang bertujuan pada sesuatu paham revolusi agama. Sementara di benua Eropa ideologi komunis muncul bagaikan raksasa pada waktu itu, hampir seperempat belahan negara-negara di dunia menggunakan ideologi komunis dalam menggulingkan pemerintahan yang korup dan melawan tuan-tuan tanah yang dianggap merampas tanah dari rakyat.
Pembaca yang budiman, dewasa ini tidak hampir putus-putusnya lembaga-lembaga penting negara melakukan sosialisasi dan penguatan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa, karena terjadi gesekan yang luar biasa terhadap sendi-sendi kehidupan berbangsa. Lihat konflik horizontal, kekerasan sosial dipicu oleh perbedaan latar belakang etnis, primordial, pertentangan agama, merajalelanya korupsi, pelecehan hukum dan pelanggaran HAM. Sebagai ideologi negara Pancasila sudah mulai terpinggirkan dan termarginalkan, ”namun” pertanyaannya, Pancasila yang mana yang akan disosialisasikan pemerintah saat ini? Seperti yang kita ketahui ada beberapa kelompok yang kurang puas terhadap Pancasila 1 Juni ajaran Bung Karno. Kelompok yang pertama adalah kelompok yang pro piagam Jakarta yang menganggap 22 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Yang kedua adalah kelompok pendukung Mohamad Yamin, bersihkeras 29 Mei sebagai pengusulan awal Pancasila dasar ideologi negara, dan yang terakhir versi orde baru, 18 Agustus 1945.
Perlu diketahui bahwa ketika Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 60 orang, pada akhir Mei sampai awal Juni 1945 berhasil membentuk suatu tim yang beranggotakan 9 orang, masing-masing Bung Karno, K.H. Wahid Hasjim, K.H. Kahar Muzakir, M.Hatta, Ahcmad Soebardjo, A.A. Maramis, Ki Bagus Hadikusumo, Mohammad Yamin dan Agus Salim. Perlu diketahui sebelum terbentuknya tim sembilan terjadi perdebatan sengit dalam rapat BPUPKI yang beranggotakan 60 orang tersebut. Kelompok-kelompok yang berpandangan sektarian dan primordial memaksakan untuk memasukan unsur-unsur agama kedalam konstitusi yang baru akan terbentuk, ketika dalam pertemuan rapat tim sembilan, Yamin mengusulkan agar tujuh kata dalam piagam Jakarta supaya dimasukan ke dalam sila pertama dalam Pancasila, namun hal ini mendapat penolakan dari kelompok nasionalis dan tradisional mengingat hal tersebut bisa mendapat penolakan dari sebahagian besar rakyat yang hidup di wilayah Timur Indonesia apabila tujuh kata dalam piagam Jakarta tersebut dipaksakan untuk dimasukan.
Perdebatan panjang dalam meluruskan sejarah mengingatkan kita pada pidato Bung Karno di hadapan Mahasiswa Universitas Gajah Mada 1953 bahwa Pancasila aku gali dari Bumi Indonesia suatu nilai yang teramat berharga sebagai jati diri Bangsa Indonesia, nathion and character bullding, 1 Juni 1945 ketika di hadapan sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai bahwa sebagai bangsa yang merdeka sudah saatnya kita memiliki landasan berpijak seperti negara-negara di dunia lainnya punya dasar, punya kepribadian, punya jati diri. Pancasila 1 Juni milik bangsa Indonesia, kita baru terlepas dari penjajahan yang lamanya 350 tahun, oleh sebab itu kita anti terhadap imperialisme, anti terhadap kolonialisme dan anti terhadap neoliberalisme.
Lunturnya paham kebangsaan, saat ini berdasarkan data sementara Badan Statistik Nasional, bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai angka 237 juta jiwa, suatu angka yang luar biasa dalam pertambahan jumlah penduduk. Banyak pelajar kita yang sudah tidak memahami betul makna dan arti Pancasila karena tidak diajarkan secara mendalam apalagi di masa orde baru berkuasa dulu, Pancasila yang diajarkan orde baru beserta seluruh pendukungnya selama puluhan tahun , itu bukanlah Pancasila yang asli seperti yang kita ingat kembali Pancasila yang asli telah disalahgunakan dan diselewengkan dari ajaran yang sebenarnya oleh penguasa orde baru.
Pancasila yang asli digali oleh Bung Karno dari Bumi Indonesia, suatu ciptaan yang besar, gemilang gagasan agung Bung Karno yang menjadi pemersatu bangsa dan ideologi negara. Tidak ada pemimpin Indonesia lainnya yang mempunyai pikiran yang sebegitu cemerlangnya sepert Bung Karno. Jadi omong kosong jika ada yang mengaku Pancasilais namun anti Bung Karno, karena boleh dikatakan seluruh visi politik dan berbagai tindakan rezim orde baru sangat bertentangan dengan isi atau jiwa Pancasila yang sebenarnya, yang asli, yang otentik, yang seperti dimaksud atau dicita-citakan oleh Bung Karno.
Pancasila Bung Karno, hidup rukun, harmonis, disegani dan dihargai dimata dunia internasional, jauh dari kepentingan pribadi, kelompok atau golongan. Pancasila Bung Karno memiliki landasan Proklamasi 17 Agustus 1945, Deklarasi Kemerdekaan dan Pembukaan UUD 1945 yang asli. Trisakti, berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Nation and Character Building dan berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
Dari jumlah 237 juta jiwa manusia Indonesia saat ini, kita memang membutuhkan modal asing, namun bukan berarti membabi buta menerima kapitalisme dan liberalisme. (*)
Oleh:
Annes Supit SS
Kader PDI-Perjuangan
PERTENGAHAN tahun ini tak seperti biasanya, kali ini hujan turun begitu deras, di beberapa persekolahan negeri terlihat banyak orang tua siswa duduk nimbrung dengan pedagang kantin sekolah sambil menunggu hujan reda. Sarinah salah-satu gadis kecil, dia kira-kira baru berumur 11 tahun, hidungnya tidak mancung, kulitnya sawo matang, rambutunya pata mayang istilah orang dikampung.
Ini gadis asli Indonesia, dia duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar, orang tuannya menyekolahkan dia di sekolah negeri karena tergiur janji seorang politisi bahwa akan ada bebas SPP. Namun 5 tahun telah lewat janji itu tidak terbukti, ternyata hanya tipuan belaka.
Saat ini orang tidak lagi memandang soal-soal moral, begitu gampang menipu demi sesuatu tujuan politik, padahal sebagai suatu bangsa yang besar negeri ini telah diberi suatu fondasi atau landasan berpijak demi kelangsungan kehidupan berbangsa.
Saat ini dimata Dunia Internasional, bangsa kita lagi terpuruk bukan saja di bidang ekonomi tapi dalam persoalan moral dan budaya, padahal kita memilki empat pilar utama sebagai pengikat dan perekat bangsa, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Sebetulnya disini timbul pertanyaan, apa yang menyebabkan sampai terjadinya pergeseran moral dan budaya dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, padahal ada sila dalam isi Pancasila yang bila dihayati maknanya sangat dalam untuk filosofis moral dan budaya manusia Indonesia seutuhnya.
Sejarah mencatat ketika kita merdeka, ada tiga hal oleh Bung Karno perlu diwaspadai sebagai sebuah bahaya dengan dua kekuatan yang berbeda dan persoalan lunturnya paham kebangsaan. Yang pertama adalah soal Indonesia dan kepentingan modal barat, neoliberalisme adalah sebuah kekuatan blok barat yang menghendaki supaya dunia ketiga berada dibawa genggamannya dengan satu tujuan, seluruh kekayaan bangsa-bangsa di timur mulai dari Minyak, Emas, Nikel, Batubara, Hutan Tropis, Tembaga, Aspal, Gas alam, Pasir Besi, Uranium sampai pada hasil alam harus jatuh ke tangan negara-negara blok barat, dengan bertopeng pada pemberian pinjaman dana, mereka berhasil mendirikan perusahan-perusahan asing di Indonesia, tujuan mereka di Indonesia karena dianggap Indonesia paling kaya soal bahan alam, strategi yang digunakan untuk merebut Indonesia adalah menjatuhkan Soekarno kemudian membantu musuh-musuh Soekarno untuk membuat keributan di tanah air. Lihatlah berbagai pemberontakan yang terjadi baik pemberontakan bersenjata maupun perbedaan ideologi yang tajam di parlemen.
Dari hasil campur tangan modal barat di Indonesia tersebut lewat lobi-lobi IMF, mereka berhasil menciptakan sistem perusahaan barat di Indonesia sehingga berhasil mempengaruhi para pejabat Indonesia dan berhasil membuat suatu kontrak yang dikenal dengan sistem Kontrak Karya dengan waktu diatas 20 tahun. Malahan ada yang diperpanjang sampai pada batas waktu yang tidak ditentukan. Anehnya, sampai pada saat ini kontrak karya tersebut tidak dihapuskan malahan banyak pejabat kita, orang-orang terpandang di legislatif yang ikut memuluskan langkah IMF dan kaki tangannya di Indonesia.
Inilah yang dikatakan Bung Karno bahwa kelak akan adanya suatu penghisapan dari suatu negara ke negara yang lain, malahan kita bukan hanya di tikam dari luar, tapi juga dari dalam sendiri. Maksud Bung Karno tersebut jelas bahwa banyak yang berteriak pendukung Sukarno, Marhaen tapi menjadi kaki tangan kelompok kapitalis.
Yang Kedua adalah masalah pertarungan ideologi. Perlu diketahui sebelum Indonesia merdeka, penjajahan Belanda sejak dulu telah meninggalkan bibit-bibit dan paham yang kurang baik di Indonesia, permusuhan antar agama, perang antar suku, paham feodalisme telah dikembangakan oleh kolonial Belanda dengan politik De Vide Et Impera sebagai panglima, belum lagi adanya paham primordial yang bertujuan pada sesuatu paham revolusi agama. Sementara di benua Eropa ideologi komunis muncul bagaikan raksasa pada waktu itu, hampir seperempat belahan negara-negara di dunia menggunakan ideologi komunis dalam menggulingkan pemerintahan yang korup dan melawan tuan-tuan tanah yang dianggap merampas tanah dari rakyat.
Pembaca yang budiman, dewasa ini tidak hampir putus-putusnya lembaga-lembaga penting negara melakukan sosialisasi dan penguatan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa, karena terjadi gesekan yang luar biasa terhadap sendi-sendi kehidupan berbangsa. Lihat konflik horizontal, kekerasan sosial dipicu oleh perbedaan latar belakang etnis, primordial, pertentangan agama, merajalelanya korupsi, pelecehan hukum dan pelanggaran HAM. Sebagai ideologi negara Pancasila sudah mulai terpinggirkan dan termarginalkan, ”namun” pertanyaannya, Pancasila yang mana yang akan disosialisasikan pemerintah saat ini? Seperti yang kita ketahui ada beberapa kelompok yang kurang puas terhadap Pancasila 1 Juni ajaran Bung Karno. Kelompok yang pertama adalah kelompok yang pro piagam Jakarta yang menganggap 22 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Yang kedua adalah kelompok pendukung Mohamad Yamin, bersihkeras 29 Mei sebagai pengusulan awal Pancasila dasar ideologi negara, dan yang terakhir versi orde baru, 18 Agustus 1945.
Perlu diketahui bahwa ketika Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 60 orang, pada akhir Mei sampai awal Juni 1945 berhasil membentuk suatu tim yang beranggotakan 9 orang, masing-masing Bung Karno, K.H. Wahid Hasjim, K.H. Kahar Muzakir, M.Hatta, Ahcmad Soebardjo, A.A. Maramis, Ki Bagus Hadikusumo, Mohammad Yamin dan Agus Salim. Perlu diketahui sebelum terbentuknya tim sembilan terjadi perdebatan sengit dalam rapat BPUPKI yang beranggotakan 60 orang tersebut. Kelompok-kelompok yang berpandangan sektarian dan primordial memaksakan untuk memasukan unsur-unsur agama kedalam konstitusi yang baru akan terbentuk, ketika dalam pertemuan rapat tim sembilan, Yamin mengusulkan agar tujuh kata dalam piagam Jakarta supaya dimasukan ke dalam sila pertama dalam Pancasila, namun hal ini mendapat penolakan dari kelompok nasionalis dan tradisional mengingat hal tersebut bisa mendapat penolakan dari sebahagian besar rakyat yang hidup di wilayah Timur Indonesia apabila tujuh kata dalam piagam Jakarta tersebut dipaksakan untuk dimasukan.
Perdebatan panjang dalam meluruskan sejarah mengingatkan kita pada pidato Bung Karno di hadapan Mahasiswa Universitas Gajah Mada 1953 bahwa Pancasila aku gali dari Bumi Indonesia suatu nilai yang teramat berharga sebagai jati diri Bangsa Indonesia, nathion and character bullding, 1 Juni 1945 ketika di hadapan sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai bahwa sebagai bangsa yang merdeka sudah saatnya kita memiliki landasan berpijak seperti negara-negara di dunia lainnya punya dasar, punya kepribadian, punya jati diri. Pancasila 1 Juni milik bangsa Indonesia, kita baru terlepas dari penjajahan yang lamanya 350 tahun, oleh sebab itu kita anti terhadap imperialisme, anti terhadap kolonialisme dan anti terhadap neoliberalisme.
Lunturnya paham kebangsaan, saat ini berdasarkan data sementara Badan Statistik Nasional, bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai angka 237 juta jiwa, suatu angka yang luar biasa dalam pertambahan jumlah penduduk. Banyak pelajar kita yang sudah tidak memahami betul makna dan arti Pancasila karena tidak diajarkan secara mendalam apalagi di masa orde baru berkuasa dulu, Pancasila yang diajarkan orde baru beserta seluruh pendukungnya selama puluhan tahun , itu bukanlah Pancasila yang asli seperti yang kita ingat kembali Pancasila yang asli telah disalahgunakan dan diselewengkan dari ajaran yang sebenarnya oleh penguasa orde baru.
Pancasila yang asli digali oleh Bung Karno dari Bumi Indonesia, suatu ciptaan yang besar, gemilang gagasan agung Bung Karno yang menjadi pemersatu bangsa dan ideologi negara. Tidak ada pemimpin Indonesia lainnya yang mempunyai pikiran yang sebegitu cemerlangnya sepert Bung Karno. Jadi omong kosong jika ada yang mengaku Pancasilais namun anti Bung Karno, karena boleh dikatakan seluruh visi politik dan berbagai tindakan rezim orde baru sangat bertentangan dengan isi atau jiwa Pancasila yang sebenarnya, yang asli, yang otentik, yang seperti dimaksud atau dicita-citakan oleh Bung Karno.
Pancasila Bung Karno, hidup rukun, harmonis, disegani dan dihargai dimata dunia internasional, jauh dari kepentingan pribadi, kelompok atau golongan. Pancasila Bung Karno memiliki landasan Proklamasi 17 Agustus 1945, Deklarasi Kemerdekaan dan Pembukaan UUD 1945 yang asli. Trisakti, berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Nation and Character Building dan berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
Dari jumlah 237 juta jiwa manusia Indonesia saat ini, kita memang membutuhkan modal asing, namun bukan berarti membabi buta menerima kapitalisme dan liberalisme. (*)