Sambungan
Penulis: Richard Yonathan Nelwan, SH Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada (KMMH-UGM)
Sederhananya, saatnya membangun logika publik dan bukan logika privat. Daerah yang maju bukanlah daerah yang dapat membuat masyarakatnya membeli mobil mewah dan barang tersier lainnya, melainkan daerah yang memberikan fasilitas transportasi publik yang baik, lingkungan yang baik, serta kehidupan berkelanjutan (sustainable development).
Daerah yang bukan tempat orang miskin punya mobil, melainkan orang kaya yang memilih menggunakan transportasi publik. Perjuangan hak asasi manusia sudah bukan lagi perjuangan hak politik atau hak bersuara, melainkan perjuangan untuk mendapatkan hak kehidupan yang layak (lingkungan yang sehat, fasilitas pendidikan memadahi, dan fasilitas publik yang baik).
Sudahlah, cukup sudah menjadi anak yang manis, berhentilah bermanja, umur mu tak muda lagi bung! berhentilah bernostalgia dengan kejayaan ayahanda dan bundamu. Saatnya si manis menjadi nakal dan liar layaknya umur yang tak muda lagi.
Nakal dengan berani menorobos hal baru yang visioner, serta liar dalam mengambil kebijakan publik yang pro rakyat dan bukan kelompok, apalagi elit tertentu.
Nakal dalam hal gagasan dan buah pikiran, yang suatu saat bisa melebihi ayahanda dan bundanya, serta liar dalam menyuarakan kepentingan serta kesejahteraan rakyatnya.
Minahasa Utara tidak lagi dikenal sebagai si manis yang diam, tapi sebagai si manis yang “sempat” diam. Si manis yang sempat diam namun sekarang tak lagi.
Tak ada alasan untuk terus berdiam. Tak ada alasan untuk terus duduk manis dibawah bayang-bayang kejayaan masa lalu, namun lupa masa depan gilang gemilang ada bagi mereka yang berdiri dan bergerak.
Suatu saat akan dikenang bahwa di utara Sulawesi pernah ada anak manis yang diam-diam bergerak dan memilih untuk tidak diam. Dari puncak Klabat terlihat gerakan-gerakan visoner, gelombang laut di Gangga menggelegar megah merayakan kebangkitan anak kandung Minahasa, bahkan Walanda Waramis tersenyum haru, bangga, sekaligus sesal karna tak sempat menyaksikan kebangkitan Minahasa Utara, si manis yang sempat diam itu.
Ini bukan motivasi, tapi introspeksi. Ini bukan imajinasi, tapi revitalisasi. Motivasi berbicara menyemangati mereka yang bermasalah, tapi introspeksi berbicara belajar dan mengenal masalah lalu kemudian bangkit.
Imajinasi berbicara sesuatu yang tidak ada dan belum pernah ada, tapi revitalisasi berbicara sesuatu yang sempat ada, yang pernah ada. Motivasi hanya milik orang cengeng dan bodoh, tapi introspeksi adalah milik orang kuat dan cerdas.
Imajinasi hanya milik orang tak punya, tapi revitalisasi adalah milik orang berpunya. Minahasa utara tidak butuh motivasi tapi introspeksi. Minahasa utara tak perlu berimajinasi, hanya perlu merevitalisasi !
Kurang lebih 2 bulan dari sekarang Minahasa Utara akan merayakan umurnya yang ke 12. Kurang lebih 3 bulan dari sekarang Minahasa utara akan merayakan pesta demokrasi.
Kurang lebih 4 bulan dari sekarang Minahasa Utara akan memasuki bab baru kehidupan otonomi daerahnya, dalam tahun pemerintahan yang baru. Momen-momen ini sudah saatnya menjadi “turning-point” kebangkitan Minahasa Utara.
Semuanya pilihan. Antara terus dimotivasi, atau ingin berintrospeksi. Antara terus asik berimajinasi, atau berhenti dan mulai merevitalisasi.
Antara terus menjadi anak manis yang diam di utara Sulawesi, atau menjadi anak manis yang sempat diam lalu sepakat untuk bergerak.
Sekali lagi, pada akhirnya semuanya pilihan, dan hanya yang manis dan pendiam yang tak suka memilih, yang hanya asik duduk dalam ruang hampa nan nyaman sambil terus bernostalgia dengan kejayaan masa lalu, sampai akhirnya tanpa sadar kembali tertidur nyenyak.
Bangunlah. I Yayat U Santi !
Sambungan
Penulis: Richard Yonathan Nelwan, SH Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada (KMMH-UGM)
Sederhananya, saatnya membangun logika publik dan bukan logika privat. Daerah yang maju bukanlah daerah yang dapat membuat masyarakatnya membeli mobil mewah dan barang tersier lainnya, melainkan daerah yang memberikan fasilitas transportasi publik yang baik, lingkungan yang baik, serta kehidupan berkelanjutan (sustainable development).
Daerah yang bukan tempat orang miskin punya mobil, melainkan orang kaya yang memilih menggunakan transportasi publik. Perjuangan hak asasi manusia sudah bukan lagi perjuangan hak politik atau hak bersuara, melainkan perjuangan untuk mendapatkan hak kehidupan yang layak (lingkungan yang sehat, fasilitas pendidikan memadahi, dan fasilitas publik yang baik).
Sudahlah, cukup sudah menjadi anak yang manis, berhentilah bermanja, umur mu tak muda lagi bung! berhentilah bernostalgia dengan kejayaan ayahanda dan bundamu. Saatnya si manis menjadi nakal dan liar layaknya umur yang tak muda lagi.
Nakal dengan berani menorobos hal baru yang visioner, serta liar dalam mengambil kebijakan publik yang pro rakyat dan bukan kelompok, apalagi elit tertentu.
Nakal dalam hal gagasan dan buah pikiran, yang suatu saat bisa melebihi ayahanda dan bundanya, serta liar dalam menyuarakan kepentingan serta kesejahteraan rakyatnya.
Minahasa Utara tidak lagi dikenal sebagai si manis yang diam, tapi sebagai si manis yang “sempat” diam. Si manis yang sempat diam namun sekarang tak lagi.
Tak ada alasan untuk terus berdiam. Tak ada alasan untuk terus duduk manis dibawah bayang-bayang kejayaan masa lalu, namun lupa masa depan gilang gemilang ada bagi mereka yang berdiri dan bergerak.
Suatu saat akan dikenang bahwa di utara Sulawesi pernah ada anak manis yang diam-diam bergerak dan memilih untuk tidak diam. Dari puncak Klabat terlihat gerakan-gerakan visoner, gelombang laut di Gangga menggelegar megah merayakan kebangkitan anak kandung Minahasa, bahkan Walanda Waramis tersenyum haru, bangga, sekaligus sesal karna tak sempat menyaksikan kebangkitan Minahasa Utara, si manis yang sempat diam itu.
Ini bukan motivasi, tapi introspeksi. Ini bukan imajinasi, tapi revitalisasi. Motivasi berbicara menyemangati mereka yang bermasalah, tapi introspeksi berbicara belajar dan mengenal masalah lalu kemudian bangkit.
Imajinasi berbicara sesuatu yang tidak ada dan belum pernah ada, tapi revitalisasi berbicara sesuatu yang sempat ada, yang pernah ada. Motivasi hanya milik orang cengeng dan bodoh, tapi introspeksi adalah milik orang kuat dan cerdas.
Imajinasi hanya milik orang tak punya, tapi revitalisasi adalah milik orang berpunya. Minahasa utara tidak butuh motivasi tapi introspeksi. Minahasa utara tak perlu berimajinasi, hanya perlu merevitalisasi !
Kurang lebih 2 bulan dari sekarang Minahasa Utara akan merayakan umurnya yang ke 12. Kurang lebih 3 bulan dari sekarang Minahasa utara akan merayakan pesta demokrasi.
Kurang lebih 4 bulan dari sekarang Minahasa Utara akan memasuki bab baru kehidupan otonomi daerahnya, dalam tahun pemerintahan yang baru. Momen-momen ini sudah saatnya menjadi “turning-point” kebangkitan Minahasa Utara.
Semuanya pilihan. Antara terus dimotivasi, atau ingin berintrospeksi. Antara terus asik berimajinasi, atau berhenti dan mulai merevitalisasi.
Antara terus menjadi anak manis yang diam di utara Sulawesi, atau menjadi anak manis yang sempat diam lalu sepakat untuk bergerak.
Sekali lagi, pada akhirnya semuanya pilihan, dan hanya yang manis dan pendiam yang tak suka memilih, yang hanya asik duduk dalam ruang hampa nan nyaman sambil terus bernostalgia dengan kejayaan masa lalu, sampai akhirnya tanpa sadar kembali tertidur nyenyak.
Bangunlah. I Yayat U Santi !