Manado, BeritaManado.com — Kontestan debutan Pemilihan Lagislatif (Pileg) tahun 2019 Partai Solidartias Indonesia (PSI) terus menuai apresiasi dan pujian dari berbagai kalangan, termasuk pengamat.
Pengamat Politik Dr Ferry Liando kepada BeritaManado.com, Senin (6/11/2017) mengatakan bahwa apa yang dilakukan DPP PSI dalam perekrutan bakal calon legislatif tingkat pusat (DPR-RI) merupakan sebuah terobosan luar biasa dan pantas diapresiasi.
Mekanisme terbuka perekrutan caleg DPR-RI bukan hanya akan menguntungkan PSI dalam menggunakan logika politik yang benar, namun juga merupakan bentuk pendidikan politik bagi masyarakat.
“Mekanisme seperti itu harus menjadi tradisi yang patut dicontohi oleh partai politik lain, sebab calon yang akan diusung jika kelak terpilih akan menjadi pejabat publik dan representasi kedaulatan rakyat. Mereka akan berbicara, bertindak dan memutuskan atas nama rakyat,” ujar Liando.
Para calon yang telah mendaftar dan mengikuti seleksi secara terbuka bukan hanya sekedar dipercaya publik, namun juga perlu diketahui kemampuan dan kompetensinya.
“Di DPR calon terpilih akan berdebat, melakukan lobi politik dan diplomasi. Oleh karena itu PSI perlu mempersiapkan calon yang punya kemampuan seperti yang diharapkan. Saat ini PSI sudah melakukannya, tinggal bagaimana parpol lain mau mengikuti atau tetap mempertahankan cara-cara pragmatis,” ungkapnya.
Liando sendiri menilai kebanyakan parpol cenderung melakukan pendekatan like and dislike atau menggunakan mahar politik.
Melalui cara demikian, PSI menutup ruang gerak praktek-praktek like and dislike atau penggunaan mahar politik dalam penentuan caleg.
“Bagi saya, PSI sudah berhasil menjalankan amanah. Cara pandang saya terhadap kesuksesan parpol adalah bukan berapa banyak suara atau kursi yang diperoleh saat Pemilu, namun sejauh mana cara dan kemampuan melakukan pendidikan politik bagi masyarakat,” tutup Liando.
Terkait hal itu, Ketua DPW PSI Sulawesi Utara Melky Pangemanan mengatakan bahwa seleksi terbuka yang terdiri daru uji kelayakan tujuannya untuk bisa menjaring dan menghasilkan orang-orang baik dam berkompeten dalam mengisi lembaga legislatif.
“PSI ingin membuat terobosan baru dengan menjalankan proses rekrutmen secara terbuka, agar masyarakat dapat ikut menilai dan mengawasi,” kata Pangemanan.
Hasil seleksi nantinya akan diumumkan ke publik, agar bisa memberi masukan serta kritik pada nama-nama tersebut.
Cara yang kredibel dan transparan itu diharapkan dapat menarik putra-putri terbaik bangsa untuk berani mencalonkan diri dan berbuat bagi kepentingan bangsa,” tandas Pangemanan.
Adapun 11 juri independen yang menguji 90 bakal calon anggota legislatif PSI dalam dua hari belakangan ini terdiri dari berbagai kalangan.
Para juri itu adalah:
1. Mari Elka Pangestu, Mantan Menteri Perdagangan
2. Moh. Mahfud MD, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
3. Bibit Samad Rianto, Mantan Wakil Ketua KPK
4. Tuti Hadiputranto, Advokat Senior
5. Hamdi Muluk, Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia
6. Djayadi Hanan, Pakar Politik
7. Wishnutama, Entrepreneur Muda
8. Zainal Arifin Mochtar, Tokoh Anti Korupsi
9. Neng Dara Affiah, Aktivis dan Mantan Komisioner Komnas Perempuan
10. Sri Budi Eko Wardani, Dosen Politik Universitas Indonesia 11. Henny Supolo, Aktivis Pendidikan
(frangkiwullur)
Manado, BeritaManado.com — Kontestan debutan Pemilihan Lagislatif (Pileg) tahun 2019 Partai Solidartias Indonesia (PSI) terus menuai apresiasi dan pujian dari berbagai kalangan, termasuk pengamat.
Pengamat Politik Dr Ferry Liando kepada BeritaManado.com, Senin (6/11/2017) mengatakan bahwa apa yang dilakukan DPP PSI dalam perekrutan bakal calon legislatif tingkat pusat (DPR-RI) merupakan sebuah terobosan luar biasa dan pantas diapresiasi.
Mekanisme terbuka perekrutan caleg DPR-RI bukan hanya akan menguntungkan PSI dalam menggunakan logika politik yang benar, namun juga merupakan bentuk pendidikan politik bagi masyarakat.
“Mekanisme seperti itu harus menjadi tradisi yang patut dicontohi oleh partai politik lain, sebab calon yang akan diusung jika kelak terpilih akan menjadi pejabat publik dan representasi kedaulatan rakyat. Mereka akan berbicara, bertindak dan memutuskan atas nama rakyat,” ujar Liando.
Para calon yang telah mendaftar dan mengikuti seleksi secara terbuka bukan hanya sekedar dipercaya publik, namun juga perlu diketahui kemampuan dan kompetensinya.
“Di DPR calon terpilih akan berdebat, melakukan lobi politik dan diplomasi. Oleh karena itu PSI perlu mempersiapkan calon yang punya kemampuan seperti yang diharapkan. Saat ini PSI sudah melakukannya, tinggal bagaimana parpol lain mau mengikuti atau tetap mempertahankan cara-cara pragmatis,” ungkapnya.
Liando sendiri menilai kebanyakan parpol cenderung melakukan pendekatan like and dislike atau menggunakan mahar politik.
Melalui cara demikian, PSI menutup ruang gerak praktek-praktek like and dislike atau penggunaan mahar politik dalam penentuan caleg.
“Bagi saya, PSI sudah berhasil menjalankan amanah. Cara pandang saya terhadap kesuksesan parpol adalah bukan berapa banyak suara atau kursi yang diperoleh saat Pemilu, namun sejauh mana cara dan kemampuan melakukan pendidikan politik bagi masyarakat,” tutup Liando.
Terkait hal itu, Ketua DPW PSI Sulawesi Utara Melky Pangemanan mengatakan bahwa seleksi terbuka yang terdiri daru uji kelayakan tujuannya untuk bisa menjaring dan menghasilkan orang-orang baik dam berkompeten dalam mengisi lembaga legislatif.
“PSI ingin membuat terobosan baru dengan menjalankan proses rekrutmen secara terbuka, agar masyarakat dapat ikut menilai dan mengawasi,” kata Pangemanan.
Hasil seleksi nantinya akan diumumkan ke publik, agar bisa memberi masukan serta kritik pada nama-nama tersebut.
Cara yang kredibel dan transparan itu diharapkan dapat menarik putra-putri terbaik bangsa untuk berani mencalonkan diri dan berbuat bagi kepentingan bangsa,” tandas Pangemanan.
Adapun 11 juri independen yang menguji 90 bakal calon anggota legislatif PSI dalam dua hari belakangan ini terdiri dari berbagai kalangan.
Para juri itu adalah:
1. Mari Elka Pangestu, Mantan Menteri Perdagangan
2. Moh. Mahfud MD, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
3. Bibit Samad Rianto, Mantan Wakil Ketua KPK
4. Tuti Hadiputranto, Advokat Senior
5. Hamdi Muluk, Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia
6. Djayadi Hanan, Pakar Politik
7. Wishnutama, Entrepreneur Muda
8. Zainal Arifin Mochtar, Tokoh Anti Korupsi
9. Neng Dara Affiah, Aktivis dan Mantan Komisioner Komnas Perempuan
10. Sri Budi Eko Wardani, Dosen Politik Universitas Indonesia 11. Henny Supolo, Aktivis Pendidikan
(frangkiwullur)