Bitung – Jelang pelaksanaan Kongres XX Trisakti di Minahasa tanggal 15-19 November, Wakil Wali (Wawali) Kota Bitung, Maurits Mantiri menyempatkan menjamu kader Gerekan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang datang menggunakan jalur laut.
Tak hanya menjamu, namun puluhan kader GMNI yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga berdiskusi dengan Wawali seputaran Marhainisme di Rumah Dinas Wawali.
Menurut Sekretaris DPC GMNI Kota Bitung, Ingrid Kumentas, pihaknya sempat kelabakan untuk menerima kader GMNI yang akan tiba di Pelabuhan Samudera Kota Bitung karena tak memiliki fasilitas untuk menjamu dan mengantar mereka.
“Beruntung Bung Maurits sangat perhatian dan menyediakan waktu untuk makan malam serta diskusi dengan peserta, bahkan menyiapkan transportasi bagi peserta ke Minahasa,” kata Ingrid.
Ingrid mengaku, pihanya beberapakali bencoba menghubungi kader dan senior GMNI yang telah mendapatkan posisi jabatan strategis di Kota Bitung untuk menfasilitasi kedatangan paserta Kongres tapi hasilnya nihil.
“Banyak yang mengaku kader atau senior GMNI di Kota Bitung tapi begitu kami butuh bantuan malah susah ditemui dan terkesan menghindar,” katanya, Senin (12/11/2017).
Sementara itu, dalam diskusi Wawali menjabarkan tentang Marhaenisme juga bagaimana Marhaenisme dibumikan di Kota Bitung.
Ia bahkan begitu terbuka berdialog dengan peserta Kongres dari berbagai daerah lain di Indonesia seraya memperkenalkan sekaligus mempresentasikan potensi Kota Bitung.
Salah satu peserta Kongres dari Samarinda bersyukur bisa bertatap muka langsung dengan Wawali.
“Terimakasih buat Bapak Wawali Kota Bitung sudah makan malam bersama kami juga merecoki otak kami tentang Marhaenisme juga pengalaman beliau dahulu semasa menjadi aktivis,” ujar Sarinah berhijab ini.
(abinenobm)
Bitung – Jelang pelaksanaan Kongres XX Trisakti di Minahasa tanggal 15-19 November, Wakil Wali (Wawali) Kota Bitung, Maurits Mantiri menyempatkan menjamu kader Gerekan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang datang menggunakan jalur laut.
Tak hanya menjamu, namun puluhan kader GMNI yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga berdiskusi dengan Wawali seputaran Marhainisme di Rumah Dinas Wawali.
Menurut Sekretaris DPC GMNI Kota Bitung, Ingrid Kumentas, pihaknya sempat kelabakan untuk menerima kader GMNI yang akan tiba di Pelabuhan Samudera Kota Bitung karena tak memiliki fasilitas untuk menjamu dan mengantar mereka.
“Beruntung Bung Maurits sangat perhatian dan menyediakan waktu untuk makan malam serta diskusi dengan peserta, bahkan menyiapkan transportasi bagi peserta ke Minahasa,” kata Ingrid.
Ingrid mengaku, pihanya beberapakali bencoba menghubungi kader dan senior GMNI yang telah mendapatkan posisi jabatan strategis di Kota Bitung untuk menfasilitasi kedatangan paserta Kongres tapi hasilnya nihil.
“Banyak yang mengaku kader atau senior GMNI di Kota Bitung tapi begitu kami butuh bantuan malah susah ditemui dan terkesan menghindar,” katanya, Senin (12/11/2017).
Sementara itu, dalam diskusi Wawali menjabarkan tentang Marhaenisme juga bagaimana Marhaenisme dibumikan di Kota Bitung.
Ia bahkan begitu terbuka berdialog dengan peserta Kongres dari berbagai daerah lain di Indonesia seraya memperkenalkan sekaligus mempresentasikan potensi Kota Bitung.
Salah satu peserta Kongres dari Samarinda bersyukur bisa bertatap muka langsung dengan Wawali.
“Terimakasih buat Bapak Wawali Kota Bitung sudah makan malam bersama kami juga merecoki otak kami tentang Marhaenisme juga pengalaman beliau dahulu semasa menjadi aktivis,” ujar Sarinah berhijab ini.
(abinenobm)