Manado, BeritaManado.com — Wilayah Indonesia termasuk Sulut kini sedang memasuki musim pancaroba.
Masa peralihan dari hujan ke musim kemarau tersebut berpotensi melahirkan cuaca ekstrem.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minahasa Utara, Candra Buana menjelaskan jika kondisi itu sudah terlihat dengan dominasi hujan pada siang dan sore hari.
Menurutnya, aktifitas iklim tersebut terbilang normal karena pergerakan matahari lebih ke utara.
“Cuaca umumnya berubah lebih dinamis dan sangat dipengaruhi pemanasan permukaan oleh radiasi matahari, sirkulasi atmosfer lokal, serta ada tidaknya gangguan atmosfer di atas suatu wilayah akibat aktivitas badai tropis, pusaran angin,” jelas Candra Buana kepada BeritaManado.com, Kamis (30/4/2020).
Ia mengakui dampak cuaca ekstrem seperti puting beliung, angin kencang, hujan lebat disertai kilat bahkan hujan es berpeluang terjadi di Sulut.
Hal itu akibat gelombang atmosfer ekuator tropis yang menjalar dari Samudera Hindia menuju Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-90 hari.
“Dan ini dapat memicu pertumbuhan awan yang cepat dan besar sehingga menghasilkan hujan dengan curah tinggi,” terangnya.
Olehnya, Candra berharap warga Sulut tetap waspada dengan potensi bencana alam seperti banjir, angin kencang, tanah longsor dan pohon tumbang.
“Yang namanya risiko sekecil apapun tetap ada. Langkah penting itu adalah tetap siaga dan selalu jaga kebersihan lingkungan,” tandasnya.
(Alfrits Semen)