Jakarta—Masih ingat peristiwa antara polisi dan warga Desa Picuan Raya sekitar April lalu. Bahwa, antara polisi dan warga setempat terjadi bentrok. Akibatnya, kejadian diatas ada masyarakat yang menjadi korban.
Melihat hal diatas, beberapa hari lalu, Komnas HAM turun dan mendatangi Desa Picuan Raya Kecamatan Motoling Timur. Kedatangan Komnas HAM di Desa Picuan Raya, sekaligus mendengar secara langsung apa sesungguhnya yang terjadi.
Merasa hal diatas ada kesalahan, antara oknum petugas kepolisian dan warga. Maka, kami warga Minsel di perantauan (Jakarta dan Surabaya) ikut prihatin dengan peristiwa diatas.
‘’Memang, sejak peristiwa kami tak pernah berkomentar kejadiannya. Tetapi, setelah Komnas HAM turun, kami pun langsung berkomentar. Yang pasti, kami juga terusik karena baru sekarang perusakan 10 unit kendaraan/dinas maupun pribadi oleh warga. Sebenarnya, tidak perlu terjadi. Jika kita masing-masing menyadari tugas dan tanggungjawab sebagai warga,’’ ujar Nico Ottay dan Tendean Monginsidi melalui SMS yang diterima beritamanado.com.
Menurut keduanya, bahwa orang Minahasa (Minsel), punya adat dan budaya. Bahkan sangat kuat yang diwariskan oleh leluhur Si Tou Ti Mou tu Mou Tou yang juga diajarkan oleh agama Kristen tentang hukum kasih.
‘’Apa lagi, budaya merusak bukan punya orang Minahasa. Sebab, warisan serta amsal yang diajarkan adalah berdoa dan bekerja. Serta selalu rajin baca firman Tuhan. Orang Minahasa pun budaya malu dan rasa memiliki. Karena itu, kami himbau kepada seluruh warga Minsel (Minahasa) jangan nodai budaya yang ada. Kita harus baku-baku bae, baku-baku sayang dengan baku-baku dengar,’’ tegas mereka.
Ottay dan Monginsidi juga menjelaskan, bagi aparat laksanakan pendekatan persuasif. Baik kepada masyarakat, tokoh adat, tokoh agama untuk menyelesaikan setiap gejolak yang muncul. Jangan terlalu over dengan menggunakan kekuatan dan perlengkapan.
‘’Ingat, masyarakat adalah rakyatmu yang harus dilindungi. Yang bersalah harus gentle dan mengaku bertanggungjawab. Pemerintah adalah wakil Allah di dunia dan harus kita hormati. Bagi warga Minsel, kita bukan bangsa pengkianatan. Tetapi, bangsa penegak NKRI. Ingat, saudara-saudaraku ditanah Minsel para pendahulu kita orang Minahasa yang loyal dan penuh dedikasi serta berani karena benar,’’ pungkas Ottay yang dibenarkan lagi S Ratulangi, AA Maramis, E Kawilarang dan F Sumual. (and)