Ratahan, BeritaManado.com — Uskup Manado Mgr. Benediktus Estephanus Rolly Untu MSC, Minggu (22/4/2018) pagi tadi mengunjungi Paroki St. Lukas Ratahan dalam rangkaian agenda tatap muka perdana dan misa pertama imam baru bertempat di Gereja Katolik Stasi St. Stanislaus Rasi.
Acara kebersamaan tersebut didahului dengan perayaan ekaristi yang dipimpin langsung oleh Uskup Rolly Untu, didampingi imam baru Pastor Marson Reynold Pungis Pr, Pastor Paroki Leksi Nangoy Pr serta beberapa pastor lainnya di Kevikepan Tondano.
Pastor Marson kepada wartawan media ini menyampaikan bahwa perjalanan menuju imamat suci tidak semudah membalikkan telapak tangan, melainkan dengan perjuangan dan kerja keras namun tidak bisa dipisahkan dengan peran dan bimbingan orangtua dan keluarga.
“Sebelas tahun lalu benih panggilan itu disemai, namun sebelum itu ada aneka pengalaman hidup yang saya alami, diantaranya pernah bekerja sebagai tukang saat membangun gereja di Stasi Rasi ini bersama umat lainnya.
Pastor Marson menambahkan bahwa bahwa menjadi seorang imam atau umat awap tetap memiliki tanggung jawab untuk menampilkan wajah Kristus di dalam kehidupan sehari-hari lewat berbagai macam karakterdan profesi.
“Kita harus punya sifat-sifat Kristus meski hal itu tidak akan sepenuhnya. Tapi paling tidak ketika kita jauh dari komunitas umat, ada begitu banyak orang merindukan Kristus melalui kehadiran kitadi tengah-tengah kelompok umat,” tutur Pastor Marson yang ditahbiskan sebagai Imam Projo tanggal 14 April 2018 lalu di Gereja Katedral Manado.
Pada bagian lain, Pastor Paroki Leksi Nangoy Pr sekaligus mengatasnamakan Dewan Pastoral Paroki dan seluruh umat menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Yang Mulia Uskup Manado Mgr Benediktus Estephanus Rolly Untu MSC yang telah mempersembahkan misa pada Hari Minggu Panggilan Sedunia ini.
“Adalah sebuah kebahagian tersendiri umat dapat berjumpa dengan sang gembala kita. Tentu ini juga diyakini sebagai perjumpaan yang sangat istimewa dan semoga ada benih-benih panggilan yang tersemai dengan berkat istimewa dari tangan beliau,” kata Nangoy. (Frangki Wullur)