Jakarta, BeritaManado.com — Setelah PT Indofarma Tbk, kini giliran PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang juga merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi diduga bermasalah.
Melansir Suara.com jaringan BeritaManado.com, hal ini diungkap oleh Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Mahendra Sinulingga.
Menurutnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) diduga telah memoles laporan keuangannya.
Hal ini terjadi lantaran para oknum Kimia Farma ingin nilai penjualan agar tetap tinggi, padahal kenyataannya tidak.
“Beda, (Kimia Farma Apotek) rekayasa keuangan. Kalau Indofarma itu kan memang hilang, uangnya diambil. Kalau ini (Kimia Farma Apotek) dia rekayasa, menggelembungkan, misalnya, distribusi-distribusi dan sebagainya. Seakan-akan penjualan semuanya bagus, padahal tidak,” ujarnya di Jakarta yang dikutip, Rabu (5/6/2024).
Kasus pemolesan laporan keuangan di KAEF ini, kata Arya, bisa saja dibawa ke Kejaksaan Agung (Kejagung) seperti layaknya masalah Indofarma.
Namun kekinian pihaknya masih menunggu proses audit investigasi dari laporan keuangan yang dipoles itu.
“Ya bisa saja (ke Kejagung). Ini kan sedang diaudit, setelah itu dibawa ke sana, sambil kita melakukan efisiensi,” imbuh dia.
Sementara itu, kerugian yang diterima Kimia Farma di tahun 2023 menjadi sorotan Arya.
Pasalnya, masih banyaknya pabrik yang beroperasi menimbulkan inefisiensi bagi Kimia Farma.
Namun, kata dia, Kimia Farma mengklaim telah menutup lima dari 10 pabrik yang dimiliki.
“Jadi tidak efisien lah. Pokoknya dulu itu mereka terlalu banyak bangun pabrik, padahal tidak butuh,” kata dia.
Adapun Kimia Farma mencatat kerugian secara konsolidasi pada tahun 2023 dengan total nilai Rp 1,82 triliun.
Kerugian tersebut akibat dari inefisiensi operasional dan tingginya nilai Harga Pokok Penjualan (HPP).
(jenlywenur)