Manado — Usai Ka Kumbaede atau pernyataan iman dan pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Menahulending Banua, rangkaian upacara adat Tulude yang digelar oleh Pemerintah Kota Manado bekerja sama dengan Ikatan Kekeluargaan Indonesia Sangihe, Sitaro dan Talaud (IKISST) pada Rabu (5/2/2020) di Lapangan Sparta Tikala berlanjut pada Mamoto Tamo atau pemotongan kue adat Tamo.
Kue Tamo merupakan warisan dari leluhur yang sangat dihargai oleh warga Sangihe karena melambangkan banyak hal, terutama karena digambarkan sebagai batang pohon besar yang tinggi dan agung menjadi tempat berteduh, selain itu akar, kulit dan daunnya digunakan sebagai obat penawar dari segala jenis penyakit.
Ketua IKISST Prof. Dr. Orbanus Naharia MSi mengatakan, secara turun temurun, Kue Tamo menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari warga Sangihe terutama upacara adat Tulude.
“Kue Tamo ini menjadi simbol berkat Tuhan Yang Maha Esa sehingga harus disyukuri, itu sebabnya Kue Tamo ini akan dinikmati oleh seluruh yang hadir,” ujar Orbanus Naharia.
Pemotongan Kue Tamo pun dilakukan dalam prosesi ritual adat, lalu potongan kue Tamo diserahkan kepada Vicky Lumentut dan Mor Bastiaan dan tamu undangan.
Sebelum menerima potongan Kue Tamo, Vicky Lumentut menerima bendera merah putih yang menandakan kedaulatan NKRI.
Upacara adat Tulude sendiri mengandung makna wujud ungkapan syukur atas penyertaan Genggona Langi Duatang Saruluang (penguasa alam raya) terhadap segala pergumulan hidup umat yang diwujudkan secara ter-indera baik melalui ungkapan doa dan karya seni.
Itu sebabnya, Kepala Dinas Pariwisata Manado Lenda Pelealu mengatakan, pelaksanaan upacara adat Tulude selain merupakan salah satu cara melestarikan budaya, juga merupakan salah satu saya tarik wisata.
“Tulude punya daya tarik sebagai wisata budaya apalagi saat ini, di mana semua serba modern, upacara adat yang telah diwariskan turun temurun tetap dilakukan,” kata Lenda.
(sri surya)