DUNIA jurnalisme juga milik Sulawesi Utara. Dari Tanah Toar Lumimuut pada 1800-an pernah terbit koran lokal bernama Tjahaja Siang, sebuah legenda surat kabar yang pertama di Indonesia Timur.
Diketahui dari blog milik Boudewyn Grey Talumewo, Tjahaja Siang dimotori Nicolaas Graafland, pakar pedagogi Belanda yang datang ke Sulut sebagai misionaris. Nomor perkenalan Tjahaja Siang atau proefnummer, keluar pada September 1868. Namun baru lima bulan kemudian tepatnya 20 Januari 1869 edisi pertamanya diterbitkan.
Seperti halnya koran-koran modern, Tjahaja Siang juga punya tagline “Kertas Chabar Minahasa”, tulisan yang ditempatkan di bawah nama media. Koran ini secara umum menjadi pembawa kabar injil di Sulut. Isinya pun tidak terlepas dari kegiatan keagamaan, nats-nats Alkitab dan kental dengan tulisan mengenai nilai-nilai Kristiani. Para penulis adalah warga Belanda yang didatangkan untuk melakukan misi penginjilan. Penulis muda merupakan putra Graafland sendiri.
Setengah abad setelah edisi awalnya diterbitkan, redaksi Tjahaja Siang mulai dipegang pewarta lokal, namun tidak lepas dari figur-figur rohaniawan. Muncul nama-nama seperti HW Soemoelang sebagai pemimpin redaksi, JA Frederik, S Sondakh, AJHW Kawilarang, H. Loing Jz., Z Taloemepa, AA Maramis, W Wangke, A. Wartabone. Setahun kemudian Soemoelang meninggal, penggantinya adalah AA Maramis yang sebelumnya kepala biro Manado.
Tjahaja Siang tak hanya milik pribumi. Di bagian percetakan tercipta kerja sama dengan warga Tionghoa. Liem Oei Tiong terlihat di dalam masthead sebagai kepala drukker, Handeldrukkerij Liem Oei Tiong & Co di Menado. Selain itu Liem juga menjadi Vertegenwoordiger dan Administratie buat biro Manado.
Di masa-masa itu, visi beritanya sudah banyak bicara tentang masalah sosial dan persoalan publik. Namun ciri sebagai koran pembawa berita injil masih dipertahankan, lewat pembahasan ayat-ayat Alkitab kendati tidak sedominan di masa-masa awal media ini terbit.
Dari sisi bisnis, Tjahaja Siang tumbuh sehat. Dia tidak hidup dari iklan walaupun cukup banyak pemasangnya. Koran ini disokong oleh sirkulasi untuk membiayai ongkos produksi dan operasional lainnya. Tjahaja Siang melegenda, karena menjadi koran kedua setelah Bintang Timoer di Padang yang terbit di luar Jawa, dan koran pertama di Kawasan Timur Indonesia. Di Sulut, mungkin belum ada yang sebesar dirinya, baik kini atau masa datang. (ady/bersambung)