Green Economy Model Pembangunan Abad 21
SEMARANG – Pembangunan global di abad 20 ditandai dengan munculnya sejumlah tantangan. Di antaranya seperti pertumbuhan penduduk yang naik empat (4) kali dibandingkan dengan pertumbuhan di awal tahun 1990an. Output ekonomi naik 22 (dua puluh dua) kali dengan tingkat konsumsi energi yang meningkat sebesar 14 (empat belas) kali.
“Sebagai konsekuensinya, pembangunan berkontribusi terhadap pencemaran Gas Rumah Kaca (GRK). Ini menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Di sisi lain, pembangunan juga telah menimbulkan ketimpangan pendapatan per kapita antara dan di dalam negara maju dan negara berkembang,” kata Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gusti M Hatta dalam seminar Peran Bank dalam Mendukung Green Economy, di Semarang, Jawa Tengah (01/04/11).
Menurut Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) itu, merujuk gambaran umum pembangunan abad 20 itu, maka dalam menyongsong era pembangunan abad 21, sudah sepatutnya kita mencermati beberapa hal yang akan menjadi tantangan di masa mendatang. Pertama, jumlah penduduk yang diperkirakan akan mencapai angka 9 miliar di tahun 2050. Kedua, kebangkitan generasi muda (yang membutuhkan peluang kerja). Ketiga, suhu bumi yang cenderung naik dua (2) derajat Celsius. Keempat, erosi atau perosotan jumlah dan kualitas keanekaragaman hayati. Kelima, ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara negara maupun distribusi ekonomi di dalam negara.
Oleh karena itu, lanjutnya, pada tingkat global, diperlukan sejumlah inisiatif dan gerakan untuk mengantisipasi tantangan tersebut. “ Inisiatif dimaksud antara lain mengusung isu lingkungan hidup dan telah menciptakan suatu pasar baru yang cenderung pada pilihan yang lebih ramah lingkungan, atau ekonomi yang lebih ramah lingkungan, atau biasa disebut sebagai green economy (Ekonomi Hijau).”
Ditambahkan, bila kita bercermin dari kondisi Indonesia saat ini, pendekatan Ekonomi Hijau dapat diartikan sebagai suatu model pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan model pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Soalnya,
pendekatan ekonomi hijau mensinergikan tiga nilai dasar yakni sosial, lingkungan dan ekonomi atau sebagian kalangan pengusaha menyebutnya dengan pendekatan profit, people, and planet.
Diterangkan, Ekonomi hijau juga merupakan sebuah lompatan besar (leapfrog) meninggalkan praktik-praktik ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek yang telah mewariskan berbagai permasalahan seperti meningkatnya kadar karbon. Karena itu, Ekonomi Hijau dapat menjadi kunci utama untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim dan memertahankam pembangunan berkelanjutan dengan cara merubah pola pembangunan menjadi pembangunan yang tidak hanya berpihak kepada pertumbuhan (pro-growth), namun juga berpihak kepada kepada rakyat (pro-poor), kepada penyediaan tenaga kerja (pro-job), dan pembangunan lingkungan (pro-environment).