
Penulis: Markus Wauran.
Theo Leo Sambuaga (selanjutnya disingkat Theo) yang lahir tgl 6 Juni 1949 (tanggal yang sama dengan kelahiran Presiden Soekarno) merayakan Hari Ulang Tahunnya ke-75 pada tanggal 22 Juni 2024 sekaligus peluncuran buku otobiografinya, bertempat di Hotel Mulia Jakarta Pusat.
Penulis hadir dalam acara tersebut, dan setelah mengikuti acara ini dari awal sampai akhir, maka ada beberapa kesan menarik yang dapat diutarakan sebagai berikut:
- Semula penulis menduga, ruang acara tersebut akan penuh sesak, semarak dan mewah karena sosok Theo yang memiliki teman dan jaringan luas dengan berbagai pihak, disamping memiliki kemampuan untuk itu. Namun nyatanya, acara dan suasananya berlaku standard tapi penuh dinamika dengan suasana cerah tidak kaku, saling menyapa satu sama lain. Suasana ini ditunjang juga dengan kehadiran Rossi Silalahi pemimpin redaksi dari news channel Kompas TV dan pembawa acara gelar wicara Rosi yang jadi Pemandu acara dialog dengan beberapa pakar tentang sosok Theo, juga mewawancarai beberapa tokoh terkait dengan pribadi Theo, seperti mantan Wapres Try Soetrisno dan Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Guntur Soekarnoputra, dll termasuk Hariman Siregar yang awalnya teman baik Theo, kemudian berseberangan dan akhirnya jadi teman akrab kembali.
- Para undangan yang hadir terukur dan seimbang, baik jumlahnya (tidak melampaui kapasitas ruangan) maupun perwakilannya dimana yang hadir seimbang, tidak ada yang mayoritas, seperti kalangan elit karena jabatan, ketokohan, popularitas, tapi juga sampai pada masyarakat menengah dan biasa tanpa pilih kasih. Dalam ruangan tersebut, semua bergaul dan berkomunikasi bebas tanpa batas dan kaku, seperti foto dan makan bersama, karena tidak ada yang merasa atau bersikap elit atau rakyat biasa.
- Pada acara tersebut, komentar dan pendapat para pakar diatas podium yang terdiri dari Prof.Dr.Ir. Purnomo Yusgiantoro, MA,IPU, Prof.Dr. Valina Singka Subekti,M.Si., Prof.Dr.Drs. Paulus Wirutomo,M.Sc., Dr. Rizal Mallarangeng, yang dipandu oleh Rosi, semua memberikan apresiasi atas keilmuan yang dimiliki oleh Theo sampai mendapat Gelar Dr dalam Ilmu Pertahanan dengan peringkat Cum Laude. Demikian pula kesaksian para tamu yang hadir tentang sosok Theo yang di diwawancarai oleh Rosi seperti Mantan Wapres Try Sutrisno dan Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, Aburizal Bakri, Guntur Soekarnoputra, Hariman Siregar, yang memposisikan Theo sebagai seorang adik/yunior maupun seorang teman, semuanya memberikan penilaian yang sangat positif kepada pribadi Theo yang hangat, rendah hati, dan mampu menempatkan diri dalam segala situasi sehingga tetap survive dalam karir politiknya.
- Acara Sambutan hanya tunggal, disampaikan oleh Ketua Umum DPP-Golkar Airlangga Hartarto. Diawali dengan ucapan Selamat Ulang Tahun, selamat atas peluncuran buku autobiografi. Semoga membawa manfaat bagi kita semua, kata Airlangga. Di mata Airlangga, Theo adalah sosok senior yang memiliki peran penting dalam kehidupan dan karier politiknya di Partai Golkar. Menko Perekonomian RI itu mengaku kerap mencontoh Theo sejak aktif di organisasi Kosgoro 1957 hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di Beringin. “Kebetulan ormasnya Pak Theo adalah Kosgoro dan jalur sama yang saya lakukan. Jadi, kalau bahasa Jawanya, saya niti laku Pak Theo Sambuaga,” pungkas Airlangga. Menurutnya, Theo merupakan sosok yang harus diteladani. “Kami ingin 75 tahun seperti Pak Theo, gagah dan muda. Saya kenal dengan Pak Theo saat saya masih mahasiswa, beliau sudah tokoh.” Dari cuplikan sambutan diatas, maka Airlangga mengakui dan mengapresiasi sosok Theo sebagai kader dan tokoh Golkar yang perlu diteladani.
- Undangan yang hadir menunjukkan pergaulan Theo yang luas dan beragam. Hadir dalam acara tersebut antara lain para elit politik seperti Ketua Umum DPP-GOLKAR Airlangga Hartarto, Ketua Umum dan Sekjen PAN masing-masing Zulkifli Hasan dan Eddy Soeparno, Akbar Tandjung (Ketua Dewan Penasehat Golkar), Aburizal Bakrie (Ketua Dewan Pembina Golkar). Nampak juga mantan Pejabat Tinggi seperti Try Sutrisno (Wapres ke-6), Jusuf Kalla (Wapres ke10 dan 12) yang juga tokoh Golkar, Agum Gumelar (mantan Menteri Pertahanan dan Menteri Perhubungan). Hadir pula para Pejabat Tinggi seperti Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden R.I. masing-masing Jenderal TNI (Pur) Wiranto dan Sidarto Danusubroto, Wakil Menteri Tenaga Kerja Afriansyah Noor, Ketua MKMK Prof.Dr. Jimly Asshiddiqi, disamping Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang telah disebut diatas, hadir juga Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga yang adalah putra bungsu dari Theo. Tak kalah penting dan popular, hadir juga putra sulung dari Presiden Soekarno yaitu Guntur Soekarno Putra yang menyebut Theo adalah adik ideologis. Hadir juga tokoh wanita yang tidak kalah populer dengan tokoh-tokoh yang disebut diatas yaitu Dewi Motik. Sosok Dewi Motik sangat populer diberbagai strata masyarakat Indonesia mulai dari super elit, elit sampai rakyat kelas bawah karena dikenal dan terkenal sebagai seorang pengusaha perempuan di Indonesia. Dia aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dibidang usaha, pendidikan dan kemasyarakatan. Dewi Motik juga dikenal sebagai penulis, pengajar, dosen dan motivator. Disamping mantan pejabat tinggi, pejabat tinggi, elit politik, Pengusaha maupun tokoh2 lain yang tidak disebut diatas, juga hadir teman-teman Theo dalam berbagai jaman dan profesi yang tersebar diberbagai tempat disamping keluarga. Penulis yakin masih banyak tokoh lintas profesi yang berhalangan hadir langsung pada acara tsb karena berbagai halangan sehingga hanya memberikan ucapan tertulis atau kontak langsung kepada Theo. Dari para undangan yang hadir sebagaimana digambarkan diatas, maka terkesan kuat bahwa Theo memiliki jaringan pertemanan yang luas dan beragam, jiwa pertemanan yang kental dan tidak pilih kasih.
Kemudian, setelah membaca otobiografi dan testimoni dari sekitar 113 orang yang memiliki multi latar-belakang seperti Politisi Lintas Partai, para Guru Besar, Perwira Tinggi TNI dan Kepolisian (baik yang aktif maupun Purnawirawan), Diplomat, Pejabat Tinggi Negara (yang aktif maupun pensiunan), Pengusaha, Tokoh Lintas Agama, Tokoh Masyarakat, serta profesi lainnya, termasuk istri dan anak, maka Penulis dapat menyampaikan beberapa catatan penting tentang pribadi dan sosok Theo sebagai berikut:
- SEORANG ORGANISATOR.
Sejak remaja di Manado, Theo telah menunjukan hobbynya berorganisasi dan itu berlanjut sampai masa Pemuda dan Dewasa. Dimulai dari GSN I(Gerakan Siswa Nasional Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia dan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia).
Dalam setiap organisasi ini, Theo bukan pasif, apalagi penonton, tapi penuh dinamika dengan meraih berbagai jabatan strategis dengan berbagai prestasi, sehingga namanya dikenal luas dan diperhitungkan.
Bermodalkan pengalaman dan prestasi dalam organisasi-organisasi tersebut, maka Theo dengan mudah dan penuh optimis terjun dalam politik yang pilihannya adalah partai berlambang beringin yaitu GOLKAR.
Kegiatan Theo dalam berbagai organsasi tersebut dengan berbagai jabatan strategis, membuktikan bahwa Theo adalah Organisator yang handal.
- JATIDIRI KEBHINNEKAAN:
Dari pilihan hidup berorganisasi, maka Theo telah menunjukkan sikap Kebhinnekaan/ Kemajukannya. Pilihan organisasinya menunjukan sikap tersebut. Mulai dari GSNI, GMNI, PNI, dan Golkar.
Semua organisasi ini keanggotaannya terbuka bagi semua warga negara tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Penulis singgung soal PNI, karena pada Pemilu tahun 1971 Theo dan Penulis berjuang dan kampanye bersama dalam wadah PNI (Partai Nasional Indonesia dengan lambang Banteng), dimana Theo sebagai calon anggota DPR-RI daerah Pemilihan Sulawesi Utara dan Penulis sebagai calon anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara.
Disisi lain, pada tahun 1970, Penulis dilantik oleh Theo atas nama DPP-GMNI, sebagai Ketua DPD-GMNI Sulawesi Utara. Saat itu Theo sebagai Pengurus DPP-GMNI.
Tentang Kebhinnekaan
Kemajemukan ini menarik pendapat Theo dalam wawancaranya dengan Wartawan TokohIndonesia.com di rumah kediamannya, Jalan Tjut Njak Dien, Jakarta, Jumat 10 Oktober 2003.
Dalam wawancara tersebut, Theo mengatakan: kemajemukan harus dihargai dan dimanfaatkan menjadi suatu potensi dan kekuatan untuk membangun bangsa ini. Kepentingan bangsa harus ditempatkan di atas kepentingan golongan atau kelompok, agama, suku, etnik, ras, asal-usul dan budaya. Dalam hal ini harus terbina kebersamaan yang memadukan hal-hal yang baik dari semua unsur-unsur kemajemukan itu menjadi suatu kekuatan. Kemajemukan ini juga termasuk perbedaan yang mendorong untuk menjadi lebih kreatif.
Menurutnya seseorang bukan dilihat dari suku atau agamanya, tetapi dilihat dari kemampuan, komitmen dan idealisme membangun bangsa. Kita harus belajar hidup bersama dalam perbedaan bukan mematikan perbedaan. Prinsip kemajemukan ini pula salah satu alasan utama dirinya saat memilih Golkar sebagai wadah aktivitas politiknya. Jatidiri kebinnekaan ini juga diungkap oleh Jerry putra bungsu Theo.
- POLITIKUS ULUNG DITERIMA SEMUA PIHAK:
Sejak Reformasi, dalam tubuh Golkar selalu ada persaiangan antara para calon Ketua Umum dengan kubunya masing-masing bahkan perpecahan terbuka maupun tersembunyi. Hal itu nyata sejak Munas Golkar thn 1998, dan seterusnya.
Namun Theo selalu lolos dan setiap hasil Munas, Theo selalu masuk jajaran Kepengurusan Golkar.
Ketua DPP Partai Golkar (hasil Munas 1998-2009), Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar (2009-2016) Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar (2016 – Sekarang).
Latar belakangnya karena Theo mahir dalam permainan politik, berteman dengan semua pihak dan kalau ada perbedaan, dia tidak menciptakan permusuhan.
Buktinya, ada tokoh Golkar yang bersaing keras dalam Munas Golkar yang lalu, keduanya hadir dalam acara HUT Theo, bahkan memberikan penilaian yang positif pada pribadi Theo.
Semua tokoh Golkar yang bersaing dalam setiap Munas Golkar sejak 1998, memberikan Testimoni pada buku Autobiografi Theo. Kenyataan ini, membuktikan bahwa Theo adalah Politikus Ulung yang diterima semua pihak.
- POLITIKUS YANG MENDUNIA:
Disamping jabatan-jabatan strategis yang diraih Theo dalam kepengurusan Golkar, Theo juga meraih posisi-posisi yang strategis saat menjadi anggota DPR/MPR-RI dalam beberapa periode, hasil Pemilu 1982, 1987, 1992, 1997,dan 2004. Jabatan yang diraih dan di-embannya mulai dari Wakil Ketua Komisi I DPR-RI (1990-1994), Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) (1994-1997), Ketua Fraksi Karya Pembangunan (FKP)/Golkar DPR-RI), (1997 – 1998), Sekretaris FKP MPR RI (1997-1998), Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) MPR RI (1999-2004), Ketua Panitia Ad Hoc (PAH) I Badan Pekerja (BP) dan Ketua Komisi A Sidang Umum MPR RI Tahun 1999, yang melahirkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), 1999-2004 (GBHN versi Reformasi), Anggota PAH I BP MPR RI pada Sidang Tahunan MPR RI, Tahun 2000, 2001, 2002 yang menangani proses Perubahan Undang Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945 dan Wakil Ketua PAH I BP MPR RI (2002-2004), Anggota DPR RI terpilih pada Pemilu 2004 dari Partai Golkar Dapil Sulawesi Utara (2004-2009), Ketua Komisi I DPR RI (2004-2009). Disamping menjadi anggota Kabinet dengan jabatan Menteri Tenaga Kerja pada Kabinet Pembangunan VII (1998), Menteri Negara Perumahan dan Pemukiman pada Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999).
Saat menjabat Ketua BKSAP dan Wakil Ketua serta Ketua Komisi I DPR-RI, maka panggilan tugas mengharuskan Theo keliling dunia, dengan menghadiri berbagai pertemuan berskala multilateral maupun bilateral yang bersifat rutin (bulan/bulanan atau tahun/tahunan), yang membahas berbagai persoalan baik menyangkut kepentingan internasional, regional/kawasan maupun nasional.
Dengan aktivitas ini maka Theo dikenal luas para politisi berbagai negara, sebagaimana dokumen-dokumen foto yang ada dalam buku autobiografi Theo. Mungkin Theo adalah salah satu atau satu-satunyanya Tou Kawanua yang terbanyak mengunjungi berbagai negara yang tersebar diberbagai benua Asia, Eropa, Amerika, Australia dan Afrika, dibandingkan dengan Tou Kawanua yang lain.
- PEJUANG-PEMIKIR, PEMIKIR-PEJUANG YANG HANDAL.
Motto GMNI tersebut diatas yaitu Pejuang-Pemikir, Pemikir-Pejuang dihayati dan diterapkan oleh Theo dalam kegiatan berorganisasinya.
Dari autobiografi Theo, yang bermula dari aktivitas non-kurikuler di GSNI, GMNI, Dewan Mahasiswa UI, KNPI, Theo tetap aktif belajar, mulai dari SD, SMA sampai mahasiswa, kemudian meraih gelar Drs di FISIP UI pada tahun 1978, tidak pernah putus apalagi menjadi siswa atau mahasiswa abadi.
Theo berakar ditempat belajarnya. Theo sadar, bahwa untuk berjuang dalam berbagai organisasi termasuk dalam dunia politik, dia harus memiliki ilmu pengetahuan, yang menunjang kiblatnya dalam berorganisasi dan berpolitik, sehingga kiprahnya sebagai pejuang harus berkualitas.
Kesadaran ini juga yang melatar-belakangi saat Theo jadi politisi/anggota DPR-RI. Dia mengambil waktu untuk melanjutkan studi di-School of Advanced International Studies (SAIS), Johns Hopkins University, Washington DC, Amerika Serikat dan tamat tahun 1990 dengan memperoleh gelar Master of International Public Policy (MIPP).
Bahkan tidak berhenti disitu saja. Dia melanjutkan studi di Universitas Pertahanan dan pada Desember 2023, Theo meraih gelar Doctor dalam Ilmu Pertahanan dengan predikat Cum Laude.
Dengan menghayati secara matang motto GMNI tersebut dan menerapkannya secara konsisten dalam proses kehidupannya, maka Theo meraih berbagai sukses yang mengesankan dan meyakinkan yang diakui banyak pihak, baik di politik, bisnis dan lain-lain.
- MINORITAS YANG DIAKUI DAN DIPERHITUNGKAN:
Theo adalah keturunan Minahasa asli. Suku Minahasa adalah “Minoritas” dibandingkan dengan suku-suku lain seperti Jawa, Sunda, dan lain-lain.
Theo juga beragama Kristen ditengah bangsa yang mayoritas Islam.
Dengan karir dan prestasi yang diraih Theo sebagai politisi yang berkualitas, handal dan kawakan yang diakui, dihormati dan diperhitungkan oleh banyak pihak, maka secara langsung atau tidak langsung telah ikut mengangkat harkat dan derajat orang Minahasa sekaligus mempertahankan dan membuktikan bahwa Tou Minahasa bisa hadir dan menonjol dalam segala jaman perjalanan bangsa seperti Sam Ratulangi, A.A. Maramis, L.N. Palar, Walanda Maramis, Alex Kawilarang, Ventje Sumual, Prof. A. Mononutu, dan banyak lagi yang penulis tidak bisa sebut semuanya.
- KEPALA KELUARGA YANG UTUH:
Dari kesaksian istrinya Erna dan anak-anaknya nya Eddy dan Jerry dalam buku autobiografinya, maka Theo adalah kepala keluarga yang menyayangi dan disayangi oleh istri dan anak2nya, menjadi panutan melalui keteladanan, dukungan dan teguran.
Hal ini tergambar dengan tulisan Erna dengan judul “Theo sangat mencintai saya”, dilanjutkan dengan kesaksiannya bahwa Theo adalah suami yang bertanggung-jawab, cermat mengatur rumah, disiplin, penyayang dan suka bercanda alias humoris.
“Satu hal yang awalnya saya sedikit shock yaitu Theo mengajarkan saya tentang hidup berhemat. Belilah barang yang kita butuhkan, bukan barang barang yang sekedar diinginkan. Pola hidup ini saya rasakan faedahnya beberapa tahun kemudian. Pola ini menurun kepada anak-anak kami utamanya kepada saya selaku istrinya. Theo merupakan suami yang pintar mengarahkan saya selaku pasangan hidup. Kendati pada awalnya kami banyak perbedaan, terutama kebiasaan hidup sehari-hari.
Alhasil budaya Jawa dan kebiasaan orang Minahasa bisa berpadu. Saya dan Theo saling melengkapi dan saling memahami. Satu hal dan ini yang teramat penting dan menjadi kunci utama didalam kehidupan kami yang penuh berkat, yaitu Theo sangat taat, rajin dan konsisten berdoa. Theo menjadi tiang doa keluarga kami. Theo sangat bertanggung-jawab dan Theo sangat mencintai saya. Inilah yang saya rasakan serta alami bersama Theo, kekasih jiwaku.”
Kemudian kesaksian anaknya. Eddy anak sulung, antara lain menulis “papa saya adalah sosok pahlawan, kebanggan dalam hidup saya, sumber inspirasi dan teladan yang unik dan tiada duanya. Setiap tindakan dan kata-katanya mencerminkan karakter yang kuat, tetapi yang paling saya teladani dan contoh dari Papa, walaupun belum tentu diketahuinya, adalah ketenangan dan konsistensinya dalam mengambil keputusan dan bertindak. Salah satu hal yang paling saya hargai dari Papa adalah cara beliau mendidik dengan penuh kasih sayang, tetapi tegas. Tidak luput juga adalah ajaran untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Papa juga selalu menanamkan pentingnya Pendidikan dan kerja keras, dengan memberikan contoh dan bukan kata-kata. Papa juga menunjukkan kepedulian yang luar biasa pada orang lain.
Pada masa kecil, saya selalu diajak dan diajarkan untuk peduli terhadap sesama. Papa mengajarkan bahwa kebaikan hati dan empati adalah nilai yang harus dijunjung tinggi dan dijalankan. Kesaksian anak bungsu Jerry diawali dengan menulis Papa adalah orangtua, guru, mentor sekaligus sahabat yang selalu ada dan memberikan banyak inspirasi dalam hidup saya.”
Selanjutnya Jerry menulis bahwa “setidaknya ada lima hal yang ingin saya sampaikan sifat dan karakter Papa yang menjadi inspirasi saya dan selalu saya coba untuk teladani. Pertama, disiplin. Saya bisa melihat papa adalah sosok yang sangat disiplin dalam melakukan setiap aktivitas atau kegiaan dalam hidupnya. Tentu bukan hanya hal2 sederhana, melainkan juga hal-hal serius dalam aktivitas, kegiatan maupun pekerjaannya. Kedisiplinan tinggi itulah yang membuat papa memiliki strong work ethics yang pada akhirnya membawa keberhasilan dan kesuksesan dalam kegiatan yang papa jalankan; Kedua, egaliter. Papa selalu mengajarkan bahwa kita semua aalah individu yang pada prinsipnya memiliki kesamaan, harus rendah hati, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain dan harus menghormati siapapun apapun latar belakangnya. Ini dilakukan papa dalam kesehariannya dan selalu diajarkan dan dicontohkan oleh papa kepada keluarganya, rekan kerja dan sesamanya; Ketiga, persisten. Papa selalu menunjukan sikap persisten yang luar biasa, yang dilakukan secara serius dan tuntas. Contoh dalam studi doktornya di Universitas Pertahanan. Papa berjam-jam dikamar kerjanya sampai subuh menghabiskan waktu untuk berpikir, mengetik, membaca dan merevisi disertasinya sampai tuntas dan selesai hingga memperoleh doctor dalam waktu kurang lebih 2 tahun. Itu adalah contoh konkrit bagaimana sikap persisten yang selalu dilakukan dalam kehidupannya; Keempat, keberagaman. Papa selalu mengajarkan bahwa perbedaan suku, agama, ras, etnis adalah kekayaan yang perlu dikelola secara baik untuk mempersatukan hal2 yang majemuk. Dalam keluarga saya yang majemuk secara agama, suku dan latar belakang, papa selalu menanamkan nilai2 toleransi yang tinggi dan saya bisa melihat bahwa tindakan yang bersifat moderat dan toleran adalah hal yang sudah menjadi nilai dan prinsip yang selalu dipegang teguh oleh papa dan diajarkan kepada kita semua di keluarga; Kelima, bersyukur. Mungkin ini adalah hal yang paling penting dari semua sifat yang papa miliki. Selalu bersyukur kepada Tuhan atas segalanya, apapun yang dimiliki dan jangan pernah membanding-bandingkan dengan sesuatu yang dimiliki orang lain. Demikian juga dalam hal pencapaian, harus selalu disyukuri, baik berhasil maupun tidak.”
Dari penggalan kesaksian istri dan kedua anak diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Theo adalah Idola Keluarga yang jadi panutan paripurna, dihormati, disayang dan sangat dibanggakan.
Dengan keberhasilan dan ketokohan Theo melalui perjuangan dan kerja keras bahkan ekstra keras, sebagaimana diuraikan diatas, kiranya menjadi Motivator dan Inspirator bagi generasi muda Kawanua bahkan bangsa pada umumnya dalam daya juangnya mempersiapkan dan membangun diri sehingga berhasil dalam studi dan karir, menjadi pemimpin yang handal, dikenal dan terkenal karena kepemimpinan dan prestasi yang diakui berbagai pihak.
Selamat Ulang Tahun Theo. Ukir terus prestasi terbaik untuk kemajuan bangsa dan daerah kelahiranmu Minahasa/Sulawesi Utara.
Jakarta, 4 Juli 2024.
Markus Wauran.