
Minsel – Wacana pengembangan SDM di Minahasa Selatan melalui sektor pendidikan terus bergulir dan seperti tidak mau surut. Belum lama berselang muncul pertanyaan di fans page “TETTY PARUNTU FOR MINSEL 2010 (SATU PUTARAN)”, apakah untuk meningkatkan kualitas SDM Christiany Eugenia Tetty Paruntu akan memilih mendirikan sebuah perguruan tinggi di Minsel? “Atau, apakah Anda lebih memilih mengundang sebanyak mungkin guru, pembimbing, pelatih, wiraswastawan, dan pakar untuk datang melatih dan meningkatkan SDM rakyat Minsel?” tanya seorang facebooker.
Tetty Paruntu yang memang sangat concern dengan upaya peningkatan SDM Minsel menyambut baik gagasan pendirian perguruan tinggi di Minsel. “Itu adalah satu hal yang sangat baik. Tapi, perlu disadari bahwa membangun suatu universitas memerlukan dana yang sangat besar sebagai penunjang sarana dan prasarana yang berkualitas,” ujar Tetty Paruntu yang dalam pilkada ini maju berpasangan dengan Sonny Frans Tandayu (PANTAS).
Berikutnya, Tetty mencoba bersikap realistis terhadap ide pendirian universitas tersebut dengan mengemukakan beberapa alasan. Selain dana yang dibutuhkan untuk menunjang sarana dan prasarana fisik teramat besar, masalah staf pengajar dan pegawai administrasi di universitas juga bukan perkara mudah. Juga soal ketentuan-ketentuan kurikulum serta berbagai persyaratan sesuai perundang-undangan yang harus dipenuhi.
“Proses pembangunan universitas ini akan memakan waktu melebihi masa jabatan seorang bupati. Pembiayaannya juga sangat besar, bahkan mungkin saja melampaui kemampuan APBD,” komentar putri sulung Prof. Ir. Jopie Paruntu Ph.D., (mantan Rektor Unsrat dua periode dan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Sulut) tersebut.
Oleh sebab itu, mengingat anggaran daerah masih terbatas, sementara masih banyak persoalan yang mesti dipecahkan, penggunaan anggaran daerah yang masih sangat terbatas pun harus ditetapkan sesuai prioritas. Terkait peningkatan kualitas SDM, Tetty mengaku lebih mengutamakan pembenahan muatan kurikulum, semisal dengan memasukkan mata pelajaran kewirausahaan yang belakangan sangat dibutuhkan untuk menggerakkan sektor riil.
“Sekolah-sekolah menengah kejuruan yang mengajarkan berbagai keterampilan praktis juga perlu ditambah. Lalu, perlu juga digalakkan program-program pelatihan atau diklat-diklat yang sistematik dan berkelanjutan. Yang tentunya tanpa perlu mereduksi pola-pola pendidikan konvensional yang telah terbina. Sebab, pendidikan yang berjenjang dan terstruktur berperan secara signifikan dalam rangka ketahanan mental didik siswa,” jelas Tetty yang alumnus West London College, Inggris, dan IPSDM Mayagita, Jakarta.
Kembali soal universitas, Tetty melihat bahwa di Sulawei Utara sendiri sudah ada universitas negeri, politeknik, dan sejumlah universitas swasta yang cukup baik. Makanya, kalaupun ide pendirian universitas di Minsel itu masih dianggap memungkinkan dalam waktu dekat, menurut Tetty hal itu lebih baik diserahkan kepada pihak swasta dan pemerintah bersifat memfasilitasi. Artinya, pemerintah daerah perlu mempermudah proses pendiriannya dan memberikan dukungan sepenuhnya bila pihak swasta berminat mendirikan universitas di Minsel.
“Dan untuk jangka pendek maupun menengah, pemerintah nantinya akan menyediakan beasiswa atau bantuan pendidikan bagi peserta didik yang berkualitas. Ini berarti memberi kesempatan siswa melanjutkan studi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan program ini, diharapkan pengembangan SDM putra-putri Minsel akan berlangsung. Dengan SDM berkualitas, ke depannya Minsel pun bisa menjadi lebih maju dan lebih baik lagi,” pungkas Tetty Paruntu yang berdasar sejumlah survei menempati posisi teratas dan diprediksi bakal menang dalam satu putaran.