Minsel – Gaung kesuksesan penyelenggaraan KKR akbar “Minsel Diberkati” oleh Eugenia Ministry pimpinan Christiany Eugenia Tetty Paruntu pada 15 Maret 2010 lalu belum juga mereda. Perkiraan panitia bahwa KKR akbar itu akan dihadiri 2.000 orang meleset jauh. Di luar dugaan peserta KKR “Minsel Diberkati” ini
membludak hingga 5.000 orang. Gedung Teguh Bersinar malam itu penuh sesak dan bahkan ribuan orang terpaksa berdiri di sekeliling halaman gedung tersebut untuk mengikuti KKR dengan pengkotbah Pendeta Gilbert Lumoindong.
“Ini KKR terbesar yang pernah terselenggarakan di Minsel,” komentar Nofita Ester, salah satu panitia KKR. Sementara Inyonk, seorang anggota tim sukses Tetty Paruntu, bahkan memperkirakan peserta KKR malam itu mencapai 7.000 orang. Memang, antusiasme masyarakat Minsel yang luar biasa dalam mengikuti KKR tersebut menunjukkan betapa besarnya kerinduan warga masyarakat untuk dapat hidup dalam kepenuhan rohani.
“Saya melihat kebangkitan rohani yang luar biasa di Minsel sekarang ini,” ujar Tetty, kandidat bupati dari Partai Golkar ini. “Sungguh, ini merupakan berkat Tuhan yang luar biasa untuk masyarakat Minsel secara keseluruhan. Banyak jiwa mengalami penyembuhan dan kebangkitan kembali,” tambah Tetty Paruntu yang berpasangan dengan birokrat Sonny F. Tandayu, dan dikenal dengan singkatan PANTAS (Paruntu-Tandayu).
Tetty Paruntu merasa tujuan KKR bertema “Minsel Diberkati” itu telah tercapai, yaitu memberikan keyakinan bahwa dengan kekuatan doa semua hal sangat mungkin kita raih. “Tuhan kita sungguh dahsyat! Bersama Tuhan apa pun bisa kita raih. Dengan keyakinan seperti ini, kita bisa melakukan banyak hal untuk membangkitkan Minsel tercinta ini,” tegas Tetty yang selama tujuh tahun terakhir aktif menyelenggarakan KKR melalui Eugenia Ministry, termasuk KKR akbar di Amurang pada 22 Juni 2008 lalu.
Berangkat dari kebangkitan rohani warga Minsel ini, Tetty melihat adanya potensi energi yang luar biasa untuk menggerakkan masyarakat menuju cita-cita bersama. Masyarakat Minsel bisa dipersatukan dalam sebuah visi yang sama, yaitu menjadi masyarakat yang beriman, produktif, sejahtera, dan sentosa.
Beriman dalam arti setiap sendi kehidupan dan aktivitas masyarakat dilandasi oleh iman yang teguh dan nilai-nilai religius. “Iman kita harus menjadi pelita dalam kegelapan, arah dalam perjalanan, dan bahkan menjadi sumber energi yang tiada habisnya,” jelas Tetty yang sejak kecil dididik sangat ketat dalam nilai-nilai kekristenan.
Produktif berarti berdasarkan iman dan nilai-nilai luhur itulah masyarakat akan bangkit dengan kekuatan penuh untuk memperbaiki kehidupannya dari
berbagai aspek. “Kita sesungguhnya memiliki sumber daya yang kaya, baik itu SDM maupun sumber daya alam. Kita tidak boleh menyia-nyiakan itu semua. Jadi
kita harus bangkit, harus aktif, harus menghasilkan banyak hal dengan segala sumber daya yang ada. Produktivitaslah yang menggerakkan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi masyarakat Minsel,” tambah pengusaha nasional sukses ini.
Selanjutnya, dalam visi Tetty Paruntu, produktivitas akan mampu mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera. “Tidak ada kesejahteraan bisa diraih tanpa
produktivitas. Tidak ada produktivitas yang berkualitas yang tidak menghasilkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, tali-temali antara iman, produktivitas, dan kesejahteraan itu harus hidup dalam dada setiap warga Minsel. Dari situ kita pasti mampu melangkah dengan penuh motivasi.”
Dan akhirnya, sebuah masyarakat yang sentosa, aman, tenteram, dan damai adalah tujuan hakiki dari pembangunan itu sendiri. “Visi saya adalah masyarakat Minsel yang sentosa, yang sejahtera, aman dan tenteram. Masyarakat yang terjauhkan dari segala bencana, kesukaran, ataupun gangguan kamtibmas. Minsel yang berproses; beriman, produktif, sejahtera, dan sentosa. Dan, itu semua bisa kita raih dengan iman dan keyakinan kita yang kokoh kepada Tuhan,” tegas Tetty Paruntu.