Manado – Perempuan di Sulawesi Utara (Sulut) menjadi sasaran utama perdagangan perempuan (women trafficking). Sejumlah orang tua khawatir anak mereka bakal menjadi korban rayuan dari para mucikari. Kekhawatiran Ketua Senat Mahasiswa (Semah) Fisip Unsrat, Melky Pangemanan, mewakili ratusan ribu ibu yang mempunyai anak perempuan.
Pangemanan mengatakan, trauma dengan berita ibu yang kehilangan anak gadis karena termakan bujukan dari pihak mengatasnamakan penyelamat ekonomi keluarga. “Banyak anak gadis yang hilang tiba-tiba. Belakangan ketika diketahui sudah bekerja di tempat hiburan di luar daerah. Mereka sudah terlanjur menandatangani kontrak dan takut melepaskan diri karena ancaman,” katanya.
Aktifis Mahasiswa yang terkenal fokal ini meminta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut, tegas menyikapi ini agar banyak generasi muda terselamatkan. Pemerintah dan polisi harus bekerja lebih keras, membasmi segala bentuk aksi perdagangan perempuan. Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang mengungkapkan, berdasarkan fakta hingga akhir tahun 2012 lalu, sekitar 11 ribu perempuan Sulut menjadi korban.
“Sangat ironis, karena sejak 2004 Sulut sudah memiliki peraturan daerah tentang larangan trafficking. Ini tertuang dalam Perda Nomor 1 Tahun 2004,” ujar dia.
Sekedar untuk diketahui, dari sejumlah kasus itu, paling banyak korban dikirim ke Batam, Kalimantan, Jayapura dan Sorong. Ini lolos melalui Pelabuhan Bitung dan Bandara Sam Ratulangi Manado. (oke)