Bitung—PLN Rayon Kota Bitung seakan tiada hentinya menjadi sasaran pengeluhan warga. Bukan hanya soal lepayanan yang kerap kali dikeluhkan pelanggan atau pemadaman lampu tanpa pemberitahuan, tapi suara bising yang ditimbulkan PLTD dan tembok pembatas juga menjadi sorotan warga.
Seperti yang dialami kurang lebih 20 kepala kelauarga (KK) di Kelurahan Bitung Tengah lingkungan II RT 6 Kecamatan Maesa yang sudah puluhan tahun harus “menikmati” suara bising dari mesin PLTD Kota Bitung. Dan hal ini sudah beberapa kali dikeluhkan, baik lewat pemerintah kelurahan maupun menemui langsung Manager PLTD Kota Bitung, tapi sayang tetap saja tidak ada perubahan.
“Terakhir kami menghadap pihak PLN tahun 2009 ketika ajang Sail Bunaken sementara berlangsung. Kami mengeluhkan soal suara bising yang ditimbulkan mesin PLTD dan pihak PLN berjanji akan segera memindahkan mesin agak jauh dari pemukiman,” kata salah satu warga, Mahyudin Yunus.
Tapi kenyataanya, hingga iven tersebut usai, PLN belum juga memindahkan mesin. Malah menurutnya, kini pihak PLN menambah sejumlah mesin yang mengakibatkan suara bising semakin bertambah.
“Kendati Kota Bitung mati lampu, suara mesin tetap berbunyi. Dan suara itu kami nikmati 24 jam tanpa henti dan ini sangat-sangat mengganggu tapi sayangnya keluhan kami tidak pernah digubris,” katanya.
Selain suara bising, warga juga mengaku keselamatan mereka terancam akibat tembok pembatas antara pemukiman dan PLN mulai retrak dan miring. Dimana tembok pembatas setinggi 7 sampai 8 meter ini mulai miring mengarah ke pemukiman warga dan mengancam 8 rumah.
“Jika dulunya kami terganggu dengan suara bising, kini malah bertambah dengan perasaan was-was dengan tembok pembatas yang mulai moring mengarah pemukiman. Dan itu menghantui kami setiap hari,” kata warga lain, Irkanto Hunta.
Menurut Hunta, pagar pembatas yang dibangun PLN asal jadi. Karena ketika melakukan peningian pagar dari 4 meter menjadi 8 meter, pagar yang lama tidak dibongkar dan langsung menyambung dengan pagar baru.
“Otomatis saja pagar rawan rubuh karena pihak PLN hanya menyambung pagar yang lama tanpa memperbaharui pagar bagian bawah,” katanya seraya menambahkan semenjak pagar ditinggikan sirkulasi udara di pemukiman menjadi terganggu karena terhalang pagar.
Sementara itu, Manager PLTD Kota Bitung, Agustinus Moningka membenarkan keluhan warga tersebut. Dimana menurut Moningka, keluhan warga soal suara bising telah disampaikan beberapa tahun lalu dan itu sudah ditindaklanjuti dengan penginggian pagar sesuai permintaan warga.
“Malah kini kami sudah menambahkan topi pada ujung pagar agar suara dari mesin PLTD tidak keluar dan permintaan warga soal peninggian pagar dari 4 mater menjadi 8 meter sudah kami lakukan,” kata Maoningka.
Moningka sendiri mengaku, saat ini pihaknya masih sementara mengajukan usulan untuk meninggikan tembok yang lain. Mengingat masih ada pagar yang belum ditinggikan.
Sementara itu ketika ditanya soal janji kepada warga untuk memindahkan lokasi mesin PLTD, Moningka mengaku belum bisa. Karena pasokan listrik untuk Kota Bitung masih membutuhkan tambahan dari PLTD, dan saat ini masih ada 15 mesin PLTD yang sementara beroperasi.
“Memang PLTD tidak selamanya kita akan gunakan, saat ini saja kita hanya menggunakan sistim kontrak untuk menggunakan mesin. Dimana setiap enam bulan kontrak diperbaharui untuk menjaga jangan sampai sewaktu-waktu mesin sudah tidak kita perlukan,” kataya.
Ia sendiri menjelaskan, saat ini tenaga listrik untuk Kota Bitung masih membutuhkan 15 MW tambahan dari mesin PLTD. Kendati sistim yang digunakan PLN saat ini sudah konektifitas antar daerah, namun pihaknya tetap menggunakan mesin PLTD untuk tambahan.(en)