Manado – Maria Taramen, aktivis lingkungan dari Tunas Hijau menyatakan sikapnya menolak segala bentuk aktivitas tambang di Sulut. Menurutnya, proyek tambang di daerah ini hanya memunculkan konflik dan merugikan masyarakat.
“Sulut sendiri memang kaya tambang. Hampir semua kabupaten/kota punya tambang. Ironisnya, masyarakat tetap miskin, karena yang mengecap hasil tambang adalah pengusaha dan pemerintah. Makanya, kami tetap dengan tegas menolak proyek tambang di Sulut,” ujar wanita asal Minut ini dalam forum seminar ‘Mengupas Masalah dan Mencari Solusi Permasalahan Tambang di Sulut’ yang digelar Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND) Sulut, siang tadi di Hotel Formosa.
Tampil sebagai pembicara aktivis lingkungan, Dr Rignolda Djamaludin, Edo Rahkman (Walhi) dan Marli Gumalag (Dinas Pertambangan Sulut). Sekitar 50-an peserta yang mayoritas dari pegiat lingkungan, LSM, mahasiswa dan pers terlibat dalam seminar tersebut.
Aryati Rahman, Ketua LMND Sulut mengatakan seminar ini sebagai bentuk peningkatan kepedulian terhadap situasi dan kondisi lingkungan di Sulut. “Masalah tambang merupakan isu yang terus mengemuka akhir-akhir ini,” ungkapnya. (Agust Hari)