Bitung – Ibu Yuniati warga Madidir Ure berdiri mengantri bersama puluhan warga lainnya di SPBU Madidir, Rabu (13/2) pagi. Sejanak ia membungkuk meletakkan dua tabung berwarna hijau yang dari tadi ia jinjing.
“Saya pikir kalau sudah menggunakan gas tidak perlu lagi mengantri seperti ini,” katanya.
Ia mengaku bingung dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan beralih ke gas 3 kilo gram yang kini sulit didapatkan. “Sudah dua hari ini saya berkeliling mencari gas tapi kosong. Kalaupun ada harganya mencapai Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per tabung,” katanya.
Padahal menurutnya, harga resmi hanya Rp15 ribu per tabung, tapi dalam beberapa hari ini harganya melambung dua kali lipat karena langka. “Kalau begini terus lebih baik beralih ke minyak tanah kembali, karena saat ini minyak tanah lebih mudah ditemukan di pasar,” katanya.
Tak hanya itu, sejam mengantri, Ibu tiga anak ini terkejut dengan pernyataan pegawai SPBU Madidir yang hanya memperbolehkan membeli satu tabung. “Sudah susah, malah pembelian dibatasi,” katanya.
Sementara itu menurut Kabid Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Edy Tarigan mengatakan sampai saat ini pihaknya terus melakukan operasi penyaluran gas 3 kg. Namun sayangnya, pihaknya tidak bisa memastikan apakah kuota gas 3 kg untuk Kota Bitung mencukupi atau tidak karena pihak penyalur belum memberikan data konsumen gas 3 kg.
“Makanya kami belum bisa memastikan apakah ada kelangkaan atau tidak karena data pembanding yakni data pengguna tabung 3 kg,” kata Tarigan.
Ia sendiri berharap bantuan dari Lurah, Pala dan RT untuk memberikan data pengguna gas 3 kg. Karena menurutnya, lurah, pala dan RT yang lebih tahu persis jumlah warganya yang menggunakan gas 3 kg.
“Termasuk juga pengawasan, kami berharap lurah, pala dan RT bisa melaporkan segera jika ada kelangkaan,” katanya.(enk)